Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia oleh Pemerintahan di Sumatera Selatan dan Jambi

Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia oleh Pemerintahan di Sumatera Selatan dan Jambi

Pemerintahan di Sumatra Selatan

Perjuangan pemerintah di daerah Sumatra Selatan memiliki dinamika yang berbeda bila dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain. Kuncinya terletak pada kepemimpinan yang dikembangkan di daerah.

Dr. A.K. Gani selain sebagai residen Palembang, juga sebagai gubernur muda Sumatra Selatan, koordinator subkomandemen untuk seluruh Sumatra Selatan dan wakil menteri pertahanan.

Kekuasaan sipil dan militer yang berada di tangannya itu menyebabkan ia mempunyai pengaruh yang kuat. Ia bisa membangun diplomasi dengan tentara Jepang yang berjumlah satu divisi.

Ketegangan mulai muncul setelah tanggal 10–15 Oktober 1945, mendarat pasukan Sekutu dari Divisi India ke-26.

Apalagi, setelah Sekutu mengeluarkan maklumat yang berisi bahwa dalam 24 jam semua senjata yang ada di tangan para pemuda harus segera diserahkan kepada Sekutu. Pelan-pelan kekuasaan Jepang pun diambil alih oleh Sekutu.

Pada tanggal 8 Desember 1945 Residen Palembang mengirim kawat kepada Kementerian Penerangan di Jakarta tentang perlucutan sepuluh ribu tentara Jepang oleh Sekutu di bawah pimpinan Mayjen Herbert.
Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia oleh Pemerintahan di Sumatera Selatan dan Jambi
Foto: Dr. A. K. Gani

Pemerintahan di Jambi

Pada tanggal 28 Desember 1945 Inggris mendarat di Jambi, tetapi ditahan oleh Komandan TKR Kolonel Abunjani.

Perundingan pun diadakan antara tentara Inggris dengan Residen Republik Indonesia Inu Kertopati yang menghasilkan keputusan yaitu tentara Inggris hanya diberi waktu 24 jam untuk melihat korban yang dikubur di Muara Tebo.

Demikianlah, insiden demi insiden terjadi di Biliton (21 Oktober 1945), Kotomerapak (19–20 November 1945), Sungai Tanang (20 November 1945), dan lain-lain. Pada bulan Desember 1945 markas Sekutu di Hotel ”Mountbatten” Pekanbaru diserbu pemuda.

Bendera Belanda diturunkan dan memicu ketegangan. Untuk meredakan ketegangan itu Gubernur Sumatra berunding dengan Komandan Sekutu Mayor Langley dengan keputusan yaitu bendera Belanda tidak boleh dinaikkan kembali, sebelum tanggal 26 November tentara Belanda harus dikeluarkan dari hotel tersebut, dan semua orang Belanda dipindahkan ke Pekanbaru.

Insiden pemuda dengan Inggris terjadi kembali setelah Mayor Anderson dan Nona Alinghan dari Palang Merah Inggris hilang.

Inggris menuduh pemudalah yang menculiknya kemudian mereka membakar habis Kampung Alai, Gaung, dan Sungai Beramas. Pada tanggal 10 Desember 1945 mayat kedua orang itu ditemukan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel