Contoh Naskah (Teks) Drama Singkat 1 (Satu) Babak untuk 5 Orang dan Cara Menyusunnya
November 10, 2015
Edit
Pernahkah kalian mencoba menulis naskah drama? Menulis drama tidak jauh berbeda dengan menulis cerita pendek maupun prosa. Hal yang berbeda adalah bentuk penyajiannya. Cerita dalam drama disajikan dalam bentuk dialog dari para pelakunya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun naskah drama meliputi berikut.
1. Tema
Tema harus relevan dengan tujuan pementasan.
2. Konflik
Konflik cukup tajam ditandai oleh plot yang penuh kejutan dan dialog yang mantap.
3. Watak
Watak pelaku memungkinkan pertentangan yang memungkinkan ketajaman konflik.
4. Bahasa
Bahasa yang digunakan mudah dipahami atau komunikatif.
5. Mempunyai kemungkinan pementasan.
Komandan : Tiaraap!!! (terdengar suara ledakan mortar bertubitubi di sekitar wilayah yang dilewati oleh pasukan itu) Awas! Musuh menyerang dari sisi sebelah utara! Sersan lakukan strategi srigunting.
Sersan : Siaap laksanakan! (bergerak ke arah utara dan menyusun strategi yang telah diinstruksikan). (sementara itu, para petugas PMI terus bergerak, merayap, mencoba menyelamatkan korban perang)
Koordinator PMI : Dengarkan baik-baik! Tampaknya ada korban yang terluka di sebelah rumah itu. Mari kita segera ke sana.
Anggota PMI : Mari, Pak. Mari. (setelah mendekat ke arah sumber suara itu) Lihatlah, Pak. Satu keluarga sudah tiada. Tinggal anak ini yang masih selamat dan ia pun harus rela kehilangan lengan kirinya.
Koordinator PMI : Tolong anak ini segera dibawa ke pusat komando. Sediakan tandu!!! Jangan sampai terlambat!! Jiwanya harus segera diselamatkan. Ia sudah banyak kehabisan darah.
Anggota PMI : Tapi, Pak, pertempuran di luar sana masih mengerikan. Bagaimana mungkin kita bisa melewati itu semua dengan cepat?
Koordinator PMI : Sudah jangan banyak komentar. Segera bawa anak itu atau kita akan menyesal nanti.
Anggota PMI : Baiklah, Pak.
Komandan : (melihat para petugas kemanusiaan terjebak di tengah arena pertempuran. Ia segera mengeluarkan perintah) Kopral, bawa beberapa anak buahmu. Lindungi para petugas kemanusiaan itu dan bawa segera keluar dari pertempuran ini. Laksanakan!
Kopral : Siaap. Laksanakan!!! (sambil memberi hormat. Setelah itu ia bergerak sesuai dengan perintah)
Penggunaan naskah atau buku lain sebagai referensi diperbolehkan, asalkan jangan sampai mengurangi keaslian ide kalian. Penulisan drama seperti contoh di atas dapat kalian awali dengan sebuah prolog sebagai pengantar dan epilog sebagai penjelasan akhir cerita.
Dalam menyusun dialog, pengarang harus benar-benar memerhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan seharihari. Pembicaraan yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus pantas diucapkan di atas panggung. Bayangan pentas di atas panggung merupakan tiruan dari kehidupan sehari-hari, maka dialog yang ditulis juga mencerminkan pembicaraan sehari-hari.
Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Hal ini disebabkan karena drama adalah potret kenyataan. Nuansa dialog mungkin tidak lengkap dan akan dilengkapi oleh gerakan, musik, ekspresi wajah, dan sebagainya.
Pelukisan watak pemain dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon, tapi banyak juga dijumpai pada catatan samping (catatan teknis atau keterangan). Kesempurnaan sebuah naskah drama akan terlihat setelah dipentaskan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun naskah drama meliputi berikut.
1. Tema
Tema harus relevan dengan tujuan pementasan.
2. Konflik
Konflik cukup tajam ditandai oleh plot yang penuh kejutan dan dialog yang mantap.
3. Watak
Watak pelaku memungkinkan pertentangan yang memungkinkan ketajaman konflik.
4. Bahasa
Bahasa yang digunakan mudah dipahami atau komunikatif.
5. Mempunyai kemungkinan pementasan.
Contoh Naskah Drama Satu Babak untuk 5 orang
Sebelum kalian memulai menulis naskah drama, di bawah ini dicontohkan sebuah petikan drama. Perhatikan contoh tersebut sebagai bahan referensi kalian!Prolog : Suasana hiruk-pikuk warga sipil yang bingung dan ketakutan, di sela-sela desingan peluru dan dentuman mortir. Beberapa warga terluka merintih, mengerang kesakitan.Warga sipil : Tolong … tolong ... tolonglah saya. (seorang warga merintih-rintih, memohon pertolongan. Beberapa tentara berlarian dan tiba-tiba …)
Komandan : Tiaraap!!! (terdengar suara ledakan mortar bertubitubi di sekitar wilayah yang dilewati oleh pasukan itu) Awas! Musuh menyerang dari sisi sebelah utara! Sersan lakukan strategi srigunting.
Sersan : Siaap laksanakan! (bergerak ke arah utara dan menyusun strategi yang telah diinstruksikan). (sementara itu, para petugas PMI terus bergerak, merayap, mencoba menyelamatkan korban perang)
Koordinator PMI : Dengarkan baik-baik! Tampaknya ada korban yang terluka di sebelah rumah itu. Mari kita segera ke sana.
Anggota PMI : Mari, Pak. Mari. (setelah mendekat ke arah sumber suara itu) Lihatlah, Pak. Satu keluarga sudah tiada. Tinggal anak ini yang masih selamat dan ia pun harus rela kehilangan lengan kirinya.
Koordinator PMI : Tolong anak ini segera dibawa ke pusat komando. Sediakan tandu!!! Jangan sampai terlambat!! Jiwanya harus segera diselamatkan. Ia sudah banyak kehabisan darah.
Anggota PMI : Tapi, Pak, pertempuran di luar sana masih mengerikan. Bagaimana mungkin kita bisa melewati itu semua dengan cepat?
Koordinator PMI : Sudah jangan banyak komentar. Segera bawa anak itu atau kita akan menyesal nanti.
Anggota PMI : Baiklah, Pak.
Komandan : (melihat para petugas kemanusiaan terjebak di tengah arena pertempuran. Ia segera mengeluarkan perintah) Kopral, bawa beberapa anak buahmu. Lindungi para petugas kemanusiaan itu dan bawa segera keluar dari pertempuran ini. Laksanakan!
Kopral : Siaap. Laksanakan!!! (sambil memberi hormat. Setelah itu ia bergerak sesuai dengan perintah)
Epilog : Begitulah suasana di medan pertempuran. Perang tidak lagi mengenal kemanusiaan. Tapi bagi relawan kemanusiaan, ia hadir justru untuk menjalankan misi mulia, yakni menolong sesama anak manusia, menolong siapa saja yang terluka. Ia tak peduli siapa kawan siapa lawan.
Naskah Drama |
Cara Menulis atau Menyusun Drama Satu Babak
Kreativitas penulisan hendaknya dikembangkan berdasarkan keaslian ide dari pemikiran, imajinasi, atau perasaan kalian sendiri. Naskah yang kalian tulis bukan merupakan jiplakan atau contekan dari naskah orang lain.Penggunaan naskah atau buku lain sebagai referensi diperbolehkan, asalkan jangan sampai mengurangi keaslian ide kalian. Penulisan drama seperti contoh di atas dapat kalian awali dengan sebuah prolog sebagai pengantar dan epilog sebagai penjelasan akhir cerita.
Dalam menyusun dialog, pengarang harus benar-benar memerhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan seharihari. Pembicaraan yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus pantas diucapkan di atas panggung. Bayangan pentas di atas panggung merupakan tiruan dari kehidupan sehari-hari, maka dialog yang ditulis juga mencerminkan pembicaraan sehari-hari.
Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Hal ini disebabkan karena drama adalah potret kenyataan. Nuansa dialog mungkin tidak lengkap dan akan dilengkapi oleh gerakan, musik, ekspresi wajah, dan sebagainya.
Pelukisan watak pemain dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon, tapi banyak juga dijumpai pada catatan samping (catatan teknis atau keterangan). Kesempurnaan sebuah naskah drama akan terlihat setelah dipentaskan.