Sejarah Terjadinya Uang dan Perkembangannya
September 20, 2015
Edit
Artikel ini akan membahas tentang sejarah uang, sejarah uang logam, sejarah uang kertas, sejarah uang di dunia, sejarah uang barang, sejarah perkembangan uang, sejarah timbulnya uang, sejarah munculnya uang, dan gambar mata uang Indonesia.
Jika uang diibaratkan sebagai ”darah” yang mengalir dalam ”tubuh” perekonomian, lembaga perbankan bisa diibaratkan sebagai ”jantung” yang memompa darah agar lancar mengalir.
Lembaga perbankan menyalurkan dana (uang) dari kelompok masyarakat yang memiliki kelebihan dana kepada masyarakat yang ingin meminjam dana tersebut, baik untuk keperluan produksi maupun konsumsi.
Uang merupakan alat yang diciptakan untuk mempermudah kegiatan ekonomi. Dengan adanya uang, kegiatan pertukaran menjadi lancar, termasuk pertukaran antarnegara.
Kegiatan pertukaran sendiri muncul karena manusia tidak bisa memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Padahal, kegiatan perekonomian semakin kompleks sehingga menuntut adanya spesialisasi.
Melalui perdagangan internasional, bangsa Indonesia berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun begitu perdagangan internasional juga bisa membawa dampak negatif.
Serbuan produk impor yang berharga murah dengan kualitas yang lebih baik dapat mengancam industri di dalam negeri. Bagaimana cara kita agar memenangkan persaingan dalam perdagangan internasional?
Kebutuhan masyarakat semakin berkembang seiring perubahan sosial budaya. Dengan bantuan perkembangan teknologi, berbagai batasan fisik, seperti jarak dan waktu tidak lagi menghalangi aktivitas manusia.
Kamu tentu sering memegang uang, bukan? Apa yang terlintas di benakmu ketika itu? Mungkin kamu segera membeli barang yang kamu inginkan.
Mungkin juga kamu ingin menyimpan untuk keperluan sekolah atau mengumpulkannya sebagai uang tabungan. Adanya berbagai pilihan tersebut menunjukkan bahwa uang memiliki nilai dan berbagai fungsi dalam kehidupan kita.
Oleh karena itu, manusia berusaha menemukan alat atau barang yang dapat mempermudah kegiatannya, termasuk kegiatan pertukaran.
Jika mereka membutuhkan sesuatu yang tidak mereka miliki, mereka akan melakukan pertukaran dengan kelompok masyarakat di daerah lain. Mereka menukar barang miliknya dengan barang yang dibutuhkan. Cara pertukaran ini disebut barter.
Kelemahan barter
Pada saat melakukan barter sering ditemukan beberapa hambatan sebagai berikut.
1) Untuk memperoleh barang yang dibutuhkan, kita harus menemukan orang yang mau menukarkan barang tersebut dengan barang yang dibutuhkan. Padahal, cukup sulit menemukan kehendak ganda yang selaras (double coincidence of wants).
Misalnya Pak Mukhlis memiliki hasil panen berupa kentang yang akan ditukarkan dengan beras dan garam. Pada sisi lain, Pak Thomas memiliki beras dan garam, tetapi ia lebih membutuhkan minyak goreng. Keinginan kedua orang tersebut berbeda sehingga barter tidak dapat dilakukan.
2) Barang yang ditukarkan tidak dapat dipecah-pecah menjadi satuan yang lebih kecil untuk membagi nilainya.
Misalnya satu buah komik akan ditukar dengan pensil. Nilai atau harga komik sama dengan lima batang pensil. Ada kemungkinan, lima batang pensil dimiliki oleh orang yang berbeda. Tidak mungkin komik tersebut disobek atau dibagi karena nilainya justru akan turun.
Lama-kelamaan, barang tersebut dijadikan sebagai alat tukar atau disebut uang barang (commodity money).
Syarat-syarat uang barang
Syarat-syarat suatu benda agar diterima sebagai uang barang yaitu diterima oleh masyarakat, langka, memiliki nilai, khasiat, keistimewaan, atau fungsi tertentu yang dianggap berharga.
Contoh uang barang
Contoh uang barang yaitu tembakau, garam, dan batangan emas. Dibandingkan dengan sistem barter, pertukaran dengan media uang barang lebih praktis.
Kelemahan uang barang
Akan tetapi, sistem ini ternyata masih belum memuaskan karena beberapa sebab antara lain:
1) sulit disimpan dan dibawa, terutama dalam jumlah besar;
2) tidak tahan lama;
3) tidak dapat dipecah-pecah, apabila dipecah akan turun nilainya; serta
4) nilainya tidak tetap.
Kemudian selama beberapa abad, manusia menggunakan logam mulia sebagai uang. Uang yang terbuat dari logam mulia, seperti emas dan perak disebut full bodied money, artinya nilai uang yang tertera di permukaan sama dengan nilai yang terkandung di dalamnya.
Pada awalnya potongan-potongan logam yang akan dijadikan uang ditimbang dan ditentukan kadarnya.
Karena hal ini merepotkan, para penguasa memerintahkan perajin logam untuk menempa logam menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian diberi gambar dan cap resmi kerajaan untuk menjamin nilainya.
Penggunaan emas dan perak sebagai bahan uang dalam bentuk koin diciptakan oleh Croesus di Yunani sekitar 560–546 SM. Pada saat ini kamu dapat menjumpai mata uang beberapa negara sepertiIndia, nama mata uangnya rupee yang artinya perak, dan Belanda, nama mata uangnya gulden yang artinya emas.
Kelemahan Uang logam
Sistem uang logam ini sudah lebih baik dibandingkan uang barang, hanya sistem ini masih mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
1) cadangan emas dan perak di berbagai daerah tidak sama;
2) sulit dipindahkan atau disimpan, terutama dalam jumlah yang besar; serta
3) emas dan perak juga mempunyai fungsi lain sehingga ada pembatasan untuk menggunakannya sebagai uang.
Untuk mengatasinya, uang logam tersebut dititipkan pada perajin emas atau perak dan sebagai bukti kepemilikan, perajin emas mengeluarkan surat yang dapat digunakan oleh pemiliknya sebagai alat pembayaran dan pertukaran.
Dari sini, mulailah tahap penggunaan uang kertas yang merupakan bukti kepemilikan emas dan perak. Pada perkembangan selanjutnya, bukan perajin besi yang mengeluarkan uang kertas, melainkan pemerintah kerajaan atau negara.
Uang kertas yang diterbitkan pun tidak lagi dijamin dengan sejumlah logam mulia, tetapi masyarakat mau menerimanya karena pemerintah menetapkan uang tersebut sebagai alat tukar resmi di wilayahnya.
Masyarakat percaya bahwa uang tersebut dapat digunakan sesuai fungsinya. Inilah sebabnya uang kertas juga disebut uang kepercayaan.
Jika uang diibaratkan sebagai ”darah” yang mengalir dalam ”tubuh” perekonomian, lembaga perbankan bisa diibaratkan sebagai ”jantung” yang memompa darah agar lancar mengalir.
Lembaga perbankan menyalurkan dana (uang) dari kelompok masyarakat yang memiliki kelebihan dana kepada masyarakat yang ingin meminjam dana tersebut, baik untuk keperluan produksi maupun konsumsi.
Uang merupakan alat yang diciptakan untuk mempermudah kegiatan ekonomi. Dengan adanya uang, kegiatan pertukaran menjadi lancar, termasuk pertukaran antarnegara.
Kegiatan pertukaran sendiri muncul karena manusia tidak bisa memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Padahal, kegiatan perekonomian semakin kompleks sehingga menuntut adanya spesialisasi.
Melalui perdagangan internasional, bangsa Indonesia berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun begitu perdagangan internasional juga bisa membawa dampak negatif.
Serbuan produk impor yang berharga murah dengan kualitas yang lebih baik dapat mengancam industri di dalam negeri. Bagaimana cara kita agar memenangkan persaingan dalam perdagangan internasional?
Kebutuhan masyarakat semakin berkembang seiring perubahan sosial budaya. Dengan bantuan perkembangan teknologi, berbagai batasan fisik, seperti jarak dan waktu tidak lagi menghalangi aktivitas manusia.
Kamu tentu sering memegang uang, bukan? Apa yang terlintas di benakmu ketika itu? Mungkin kamu segera membeli barang yang kamu inginkan.
Mungkin juga kamu ingin menyimpan untuk keperluan sekolah atau mengumpulkannya sebagai uang tabungan. Adanya berbagai pilihan tersebut menunjukkan bahwa uang memiliki nilai dan berbagai fungsi dalam kehidupan kita.
Sejarah perkembangan uang |
Sejarah Perkembangan Uang
Sejarah terjadinya uang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan ekonomi, yaitu pertukaran (perdagangan). Kegiatan pertukaran muncul karena manusia tidak bisa memproduksi sendiri semua barang yang dibutuhkan, terutama pada perekonomian yang sudah maju.Oleh karena itu, manusia berusaha menemukan alat atau barang yang dapat mempermudah kegiatannya, termasuk kegiatan pertukaran.
a. Masa Barter
Pada masa primitif kegiatan ekonomi manusia masih sangat sederhana. Manusia memproduksi barang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.Jika mereka membutuhkan sesuatu yang tidak mereka miliki, mereka akan melakukan pertukaran dengan kelompok masyarakat di daerah lain. Mereka menukar barang miliknya dengan barang yang dibutuhkan. Cara pertukaran ini disebut barter.
Kelemahan barter
Pada saat melakukan barter sering ditemukan beberapa hambatan sebagai berikut.
1) Untuk memperoleh barang yang dibutuhkan, kita harus menemukan orang yang mau menukarkan barang tersebut dengan barang yang dibutuhkan. Padahal, cukup sulit menemukan kehendak ganda yang selaras (double coincidence of wants).
Misalnya Pak Mukhlis memiliki hasil panen berupa kentang yang akan ditukarkan dengan beras dan garam. Pada sisi lain, Pak Thomas memiliki beras dan garam, tetapi ia lebih membutuhkan minyak goreng. Keinginan kedua orang tersebut berbeda sehingga barter tidak dapat dilakukan.
2) Barang yang ditukarkan tidak dapat dipecah-pecah menjadi satuan yang lebih kecil untuk membagi nilainya.
Misalnya satu buah komik akan ditukar dengan pensil. Nilai atau harga komik sama dengan lima batang pensil. Ada kemungkinan, lima batang pensil dimiliki oleh orang yang berbeda. Tidak mungkin komik tersebut disobek atau dibagi karena nilainya justru akan turun.
b. Masa Sejarah Uang Barang
Untuk mengatasi kesulitan dalam sistem barter, masyarakat menukarkan barang yang dimiliki dengan barang yang paling disukai atau dianggap berharga oleh sebagian besar orang.Lama-kelamaan, barang tersebut dijadikan sebagai alat tukar atau disebut uang barang (commodity money).
Syarat-syarat uang barang
Syarat-syarat suatu benda agar diterima sebagai uang barang yaitu diterima oleh masyarakat, langka, memiliki nilai, khasiat, keistimewaan, atau fungsi tertentu yang dianggap berharga.
Contoh uang barang
Contoh uang barang yaitu tembakau, garam, dan batangan emas. Dibandingkan dengan sistem barter, pertukaran dengan media uang barang lebih praktis.
Kelemahan uang barang
Akan tetapi, sistem ini ternyata masih belum memuaskan karena beberapa sebab antara lain:
1) sulit disimpan dan dibawa, terutama dalam jumlah besar;
2) tidak tahan lama;
3) tidak dapat dipecah-pecah, apabila dipecah akan turun nilainya; serta
4) nilainya tidak tetap.
c. Masa Sejarah Uang Logam
Dari sekian banyak benda yang digunakan sebagai uang barang, logam-logam mulia seperti emas, perak, tembaga, dan aluminium merupakan benda yang paling memenuhi syarat sebagai uang barang.Kemudian selama beberapa abad, manusia menggunakan logam mulia sebagai uang. Uang yang terbuat dari logam mulia, seperti emas dan perak disebut full bodied money, artinya nilai uang yang tertera di permukaan sama dengan nilai yang terkandung di dalamnya.
Pada awalnya potongan-potongan logam yang akan dijadikan uang ditimbang dan ditentukan kadarnya.
Karena hal ini merepotkan, para penguasa memerintahkan perajin logam untuk menempa logam menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian diberi gambar dan cap resmi kerajaan untuk menjamin nilainya.
Penggunaan emas dan perak sebagai bahan uang dalam bentuk koin diciptakan oleh Croesus di Yunani sekitar 560–546 SM. Pada saat ini kamu dapat menjumpai mata uang beberapa negara sepertiIndia, nama mata uangnya rupee yang artinya perak, dan Belanda, nama mata uangnya gulden yang artinya emas.
Kelemahan Uang logam
Sistem uang logam ini sudah lebih baik dibandingkan uang barang, hanya sistem ini masih mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
1) cadangan emas dan perak di berbagai daerah tidak sama;
2) sulit dipindahkan atau disimpan, terutama dalam jumlah yang besar; serta
3) emas dan perak juga mempunyai fungsi lain sehingga ada pembatasan untuk menggunakannya sebagai uang.
d. Masa Sejarah Uang Kertas
Salah satu kelemahan uang logam adalah risiko keamanan dan ketidakpraktisan ketika dibawa atau disimpan dalam jumlah besar.Untuk mengatasinya, uang logam tersebut dititipkan pada perajin emas atau perak dan sebagai bukti kepemilikan, perajin emas mengeluarkan surat yang dapat digunakan oleh pemiliknya sebagai alat pembayaran dan pertukaran.
Dari sini, mulailah tahap penggunaan uang kertas yang merupakan bukti kepemilikan emas dan perak. Pada perkembangan selanjutnya, bukan perajin besi yang mengeluarkan uang kertas, melainkan pemerintah kerajaan atau negara.
Uang kertas yang diterbitkan pun tidak lagi dijamin dengan sejumlah logam mulia, tetapi masyarakat mau menerimanya karena pemerintah menetapkan uang tersebut sebagai alat tukar resmi di wilayahnya.
Masyarakat percaya bahwa uang tersebut dapat digunakan sesuai fungsinya. Inilah sebabnya uang kertas juga disebut uang kepercayaan.