Pengaruh Konflik Indonesia Belanda Terhadap Keberadaan NKRI
September 15, 2015
Edit
Saat ini kami akan menjelaskan tentang pengaruh Konflik Indonesia belanda, pengaruh konflik indonesia belanda terhadap terhadap NKRI, serta tentang faktor penyebab konflik indonesia belanda dan peran dunia dalam penyelesaian konflik indonesia belanda.
Menurut Ali Sastroamidjojo dalam pidato radionya tanggal 7 Januari 1946, perpindahan ini mempunyai dua alasan yaitu tidak amannya Kota Jakarta dan keinginan untuk menyempurnakan organisasi pemerintahan dalam negeri.
Dengan dua alasan itulah presiden dan wakil presiden Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta, sementara Perdana Menteri Sjahrir tetap tinggal di Jakarta.
Perpindahan ibu kota ini hanyalah sebuah contoh kecil pengaruh konflik antara Indonesia dan Belanda. Masih banyak perilaku dan kebijakan Belanda yang memorak-porandakan kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Salah satu contoh kebijakan yang mempunyai pengaruh besar terhadap NKRI berasal dari ide Van Mook.
Ide itu memunculkan tiga masalah sekaligus, yaitu wilayah teritorial Republik Indonesia menyempit, berlakunya sistem negara federal, dan terganggunya persatuan Indonesia karena munculnya negara-negara bagian.
Setelah berkali-kali mengalami kebuntuan, akhirnya Indonesia-Belanda berunding pada tanggal 10 November 1946.
Dalam Perundingan Linggajati (dalam berbagai sumber disebut Linggarjati) antara Sutan Sjahrir (ketua delegasi Indonesia) dan Schermerhorn (ketua delegasi Belanda) dicapai beberapa keputusan.
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia atas wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura. Belanda harus sudah meninggalkan daerah republik paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Coba amati peta wilayah Indonesia setelah perundingan tersebut. Kontan saja, setelah naskah perundingan itu diratifikasi tanggal 15 November 1945 oleh kedua belah pihak, reaksi keras muncul dari berbagai elemen perjuangan baik yang pro, seperti PKI, Parkindo, dan Partai Katolik maupun yang kontra seperti Masyumi dan PNI.
Meskipun mendapat reaksi keras dari berbagai organisasi perjuangan, pemerintah dan KNIP tetap menerima keputusan perundingan itu.
Naskah perundingan yang bagi Sjahrir merupakan batu loncatan untuk memperbaiki kedudukan politik itu, ditafsirkan secara sepihak oleh Belanda.
Secara membabi buta, Belanda membombardir daerah de facto yang menjadi kekuasaan Republik Indonesia. Agresi Militer I pun dijalankan tanggal 21 Juli 1947.
Ironisnya, Republik tidak runtuh bahkan sebaliknya simpati dan dukungan internasional mengalir ke pihak Indonesia serta kutukan pun diterima oleh Belanda.
Akibat konflik dengan Belanda, wilayah teritorial Republik Indonesia mengalami penyempitan. Negara Republik Indonesia tinggal Jawa, Madura, dan Sumatra.
Setelah berhasil mempersempit teritorial Republik Indonesia, Van Mook mempunyai keleluasaan mencerai-beraikan persatuan Indonesia.
Ia mulai mendirikan negara-negara bagian. Sebagai tindak lanjut dari keputusan Konferensi Malino, sasaran pertama pembentukan negara bagian adalah daerah-daerah di kawasan Indonesia bagian timur.
Pengaruh Konflik Indonesia-Belanda terhadap (NKRI) Negara Kesatuan Republik Indonesia
Serangkaian teror terhadap para pemimpin menyebabkan pindahnya ibu kota negara dari Jakarta ke Yogyakarta tanggal 4 Januari 1946.Menurut Ali Sastroamidjojo dalam pidato radionya tanggal 7 Januari 1946, perpindahan ini mempunyai dua alasan yaitu tidak amannya Kota Jakarta dan keinginan untuk menyempurnakan organisasi pemerintahan dalam negeri.
Dengan dua alasan itulah presiden dan wakil presiden Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta, sementara Perdana Menteri Sjahrir tetap tinggal di Jakarta.
Perpindahan ibu kota ini hanyalah sebuah contoh kecil pengaruh konflik antara Indonesia dan Belanda. Masih banyak perilaku dan kebijakan Belanda yang memorak-porandakan kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Salah satu contoh kebijakan yang mempunyai pengaruh besar terhadap NKRI berasal dari ide Van Mook.
Konflik Indonesia - Belanda |
Ide itu memunculkan tiga masalah sekaligus, yaitu wilayah teritorial Republik Indonesia menyempit, berlakunya sistem negara federal, dan terganggunya persatuan Indonesia karena munculnya negara-negara bagian.
Setelah berkali-kali mengalami kebuntuan, akhirnya Indonesia-Belanda berunding pada tanggal 10 November 1946.
Dalam Perundingan Linggajati (dalam berbagai sumber disebut Linggarjati) antara Sutan Sjahrir (ketua delegasi Indonesia) dan Schermerhorn (ketua delegasi Belanda) dicapai beberapa keputusan.
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia atas wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura. Belanda harus sudah meninggalkan daerah republik paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Coba amati peta wilayah Indonesia setelah perundingan tersebut. Kontan saja, setelah naskah perundingan itu diratifikasi tanggal 15 November 1945 oleh kedua belah pihak, reaksi keras muncul dari berbagai elemen perjuangan baik yang pro, seperti PKI, Parkindo, dan Partai Katolik maupun yang kontra seperti Masyumi dan PNI.
Meskipun mendapat reaksi keras dari berbagai organisasi perjuangan, pemerintah dan KNIP tetap menerima keputusan perundingan itu.
Naskah perundingan yang bagi Sjahrir merupakan batu loncatan untuk memperbaiki kedudukan politik itu, ditafsirkan secara sepihak oleh Belanda.
Secara membabi buta, Belanda membombardir daerah de facto yang menjadi kekuasaan Republik Indonesia. Agresi Militer I pun dijalankan tanggal 21 Juli 1947.
Ironisnya, Republik tidak runtuh bahkan sebaliknya simpati dan dukungan internasional mengalir ke pihak Indonesia serta kutukan pun diterima oleh Belanda.
Akibat konflik dengan Belanda, wilayah teritorial Republik Indonesia mengalami penyempitan. Negara Republik Indonesia tinggal Jawa, Madura, dan Sumatra.
Setelah berhasil mempersempit teritorial Republik Indonesia, Van Mook mempunyai keleluasaan mencerai-beraikan persatuan Indonesia.
Ia mulai mendirikan negara-negara bagian. Sebagai tindak lanjut dari keputusan Konferensi Malino, sasaran pertama pembentukan negara bagian adalah daerah-daerah di kawasan Indonesia bagian timur.