Cara Mengubah Cerpen Menjadi Naskah Drama
Mei 29, 2015
Edit
Pembahasan ini berisi tentang langkah-langkah cara mengubah (mengonversi/meng-konversi) cerpen menjadi naskah drama dilengkapi dengan contoh cara mengubah cerpen menjadi naskah drama.
Bentuk karya sastra, misalnya cerita pendek (cerpen), dapat diubah bentuknya menjadi naskah drama. Supaya pengubahan bentuk sastra ini berhasil, kita harus memahami isi cerpen yang akan kita ubah.
Selain itu, kita juga harus sudah memahami bentuk naskah drama. Naskah drama ditulis dalam bentuk dialog atau percakapan antarpelaku.
Naskah drama ditulis untuk dipentaskan atau dipanggungkan. Karena naskah drama ini dipentaskan, percakapan lebih banyak dibandingkan penjelasannya.
Mengubah cerpen menjadi teks drama menuntut kecermatan. Bahasa yang dipergunakan harus lugas. Hal ini berbeda dengan bahasa novel yang cenderung panjang dan bertele-tele.
Bahasa memiliki kaitan langsung dengan dialog. Dialog inilah yang akan diperankan dan diperagakan oleh pemain drama.
Bab-bab yang tergolong penting itu selanjutnya diubah menjadi beberapa babak untuk memaparkan peristiwa-peristiwa tertentu.
Kutipan cerpen
Aku desak kerumunan murid yang menonton di pintu. Kulihat kepala sekolah maju sambil membentak dan menghardik para penonton. Waskito berdiri di muka kelas, membelakangi bangku-bangku. Memang ia memegang gunting, tetapi tidak terbuka. Suara kepala sekolah menggelegar:
"Berikan gunting itu, Waskito"
Suara demikian kasar kukhawatirkan justru akan membikin muridku mata gelap. Sekali pandang aku mengetahui bahwa Waskito kaget oleh kedatangan kepala sekolah. Tanpa berpikir panjang kumanfaatkan kejutan tersebut. Tiga atau empat langkah aku bergegas mendahului kepala sekolah, gunting itu kurebut dengan kedua tanganku.
"Ah, kamu ini ada-ada saja! Dari mana kaudapatkan gunting ini!"
Dan langsung aku berbalik, memberikan gunting kepada kepala sekolah yang telah berada tepat di sampingku. Tanpa suatu kata, kurangkulkan lengan ke pundak Waskito. Segera setengah kudorong, dia kuajak keluar menuju ke kantor.
Sumber: N.H. Dini. 1986. Pertemuan Dua Hati.
Apabila teks cerita di atas diubah menjadi teks drama, maka perubahannya seperti berikut ini.
(Ibu Suci berlari menuju kelas, menerobos kerumunan murid yang menonton di pintu. Kepala sekolah maju membentak dan menghardik para penonton. Waskito berdiri di muka kelas, membelakangi deretan bangku-bangku. Tangannya menggenggam gunting yang tak terbuka.)
Kepala Sekolah:
(Suara agak menggelegar) Berikan gunting, Waskit
(Waskito terkejut mendengar suara kepala sekolah yang sedikit kasar)
Ibu Suci:
(Dengan tiga atau empat langkah ke depan merebut gunting tersebut dari tangan waskito) Ah, kamu ini ada-ada saja! Dari mana kaudapatkan gunting ini! (langsung berbalik, memberikan gunting tersebut kepada kepala sekolah kemudian merangkulkan lengan ke arah pundak Waskito sambil mengajaknya keluar kelas)
Bentuk karya sastra, misalnya cerita pendek (cerpen), dapat diubah bentuknya menjadi naskah drama. Supaya pengubahan bentuk sastra ini berhasil, kita harus memahami isi cerpen yang akan kita ubah.
Selain itu, kita juga harus sudah memahami bentuk naskah drama. Naskah drama ditulis dalam bentuk dialog atau percakapan antarpelaku.
Naskah drama ditulis untuk dipentaskan atau dipanggungkan. Karena naskah drama ini dipentaskan, percakapan lebih banyak dibandingkan penjelasannya.
Mengubah cerpen menjadi teks drama menuntut kecermatan. Bahasa yang dipergunakan harus lugas. Hal ini berbeda dengan bahasa novel yang cenderung panjang dan bertele-tele.
Bahasa memiliki kaitan langsung dengan dialog. Dialog inilah yang akan diperankan dan diperagakan oleh pemain drama.
Gambar: Naskah drama dari cerpen |
Langkah-langkah Mengubah Cerpen Menjadi Teks Drama
a. Menghayati tema cerpen.
Tema merupakan ide pokok yang mendasari penarasian sebuah cerita. Berangkat dari tema dapat diketahui ide pokok sebuah cerita.b. Cerpen dibagi menjadi beberapa bagian penting dan kemudian diubah menjadi babak.
Cerpen biasanya terdiri atas beberapa bagian. Bagianbagian tersebut tentu memuat beberapa peristiwa penting yang melandasi cerita.Bab-bab yang tergolong penting itu selanjutnya diubah menjadi beberapa babak untuk memaparkan peristiwa-peristiwa tertentu.
c. Menyusun dialog berdasarkan konflik yang terjadi antartokoh.
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen biasanya dirangkai oleh suatu peristiwa yang di dalamnya memiliki konflik-konflik. Konflik-konflik yang terjadi antartokoh tersebut diubah menjadi dialog.d. Membuat deskripsi-deskripsi untuk menjelaskan latar, akting atau lighting.
Mengubah Cerpen Menjadi Teks Drama
Amati perbedaan atau perubahan naskah cerpen menjadi teks drama di atas. Dalam teks drama penjelasan mengenai latar, akting maupun lighting ditulis dalam tanda kurung dengan dicetak miring. Antara tokoh dengan dialog dipisahkan dengan tanda titik dua ( : ), dicetak dengan huruf normal.Contoh cerpen yang diubah menjadi naskah drama
Kutipan cerpen
Aku desak kerumunan murid yang menonton di pintu. Kulihat kepala sekolah maju sambil membentak dan menghardik para penonton. Waskito berdiri di muka kelas, membelakangi bangku-bangku. Memang ia memegang gunting, tetapi tidak terbuka. Suara kepala sekolah menggelegar:
"Berikan gunting itu, Waskito"
Suara demikian kasar kukhawatirkan justru akan membikin muridku mata gelap. Sekali pandang aku mengetahui bahwa Waskito kaget oleh kedatangan kepala sekolah. Tanpa berpikir panjang kumanfaatkan kejutan tersebut. Tiga atau empat langkah aku bergegas mendahului kepala sekolah, gunting itu kurebut dengan kedua tanganku.
"Ah, kamu ini ada-ada saja! Dari mana kaudapatkan gunting ini!"
Dan langsung aku berbalik, memberikan gunting kepada kepala sekolah yang telah berada tepat di sampingku. Tanpa suatu kata, kurangkulkan lengan ke pundak Waskito. Segera setengah kudorong, dia kuajak keluar menuju ke kantor.
Sumber: N.H. Dini. 1986. Pertemuan Dua Hati.
Apabila teks cerita di atas diubah menjadi teks drama, maka perubahannya seperti berikut ini.
(Ibu Suci berlari menuju kelas, menerobos kerumunan murid yang menonton di pintu. Kepala sekolah maju membentak dan menghardik para penonton. Waskito berdiri di muka kelas, membelakangi deretan bangku-bangku. Tangannya menggenggam gunting yang tak terbuka.)
Kepala Sekolah:
(Suara agak menggelegar) Berikan gunting, Waskit
(Waskito terkejut mendengar suara kepala sekolah yang sedikit kasar)
Ibu Suci:
(Dengan tiga atau empat langkah ke depan merebut gunting tersebut dari tangan waskito) Ah, kamu ini ada-ada saja! Dari mana kaudapatkan gunting ini! (langsung berbalik, memberikan gunting tersebut kepada kepala sekolah kemudian merangkulkan lengan ke arah pundak Waskito sambil mengajaknya keluar kelas)