Sejarah Kerajaan Mataram Kuno Lengkap
Juni 05, 2015
Edit
Kerajaan mataram kuno merupakan salah satu dari kerajaan-kerajaan hindu budha di Indonesia lainnya seperti; kerajaan tarumanegara, kerajaan kutai, kerajaan kediri, kerajaan kahuripan, kerajaan kamulan, kerajaan singasari, kerajaan majapahit, dan kerajaan sriwijaya.
Pembahasan ini berisi tentang sejarah kerajaan mataram kuno, sumber sejarah kerajaan mataram kuno, peninggalan kerajaan mataram kuno, silsilah kerajaan mataram kuno, dan gambar kerajaan mataram kuno.
Sumber-sumber lainnya berupa dongeng-dongeng yang diceritakan secara turun-temurun. Ada satu dongeng yang dibukukan, yakni Babad Parahyangan, serta cerita-cerita dari luar negeri.
Prasasti Canggal yang bertahun 732 M ditemukan pada sebuah bangunan lingga yoni di Gunung Wukir. Prasasti tersebut berhuruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta.
Berdasarkan prasasti tersebut, raja yang bernama Sanjaya membangun lingga yoni sebagai penghormatan kepada Dewa Syiwa. Dapat disimpulkan bahwa Raja Sanjaya dan sebagian besar rakyatnya beragama Hindu.
Kitab Babad Parahyangan menceritakan bahwa Sanjaya adalah keponakan dari seorang pangeran yang bernama Sanna. Dikisahkan bahwa Pangeran Sanna berperang dengan Raja Purbasora dari Galuh (sekarang kita mengenalnya sebagai Ciamis).
Karena kalah, Sanna lalu menyingkir ke Gunung Merapi. Kemudian, di kawasan Gunung Merapi tersebut dia membangun kerajaan baru. Raja pengganti Sanna, yakni Sanjaya kembali ke Galuh dan membalas kekalahan Sanna kepada Raja Purbasora.
Berdasarkan hal tersebut, maka anak cucu Sanjaya yang memerintah di Mataram Lama kemudian
disebut Dinasti Sanjaya.
Selain itu, Sanjaya dikisahkan memiliki wilayah kekuasaan yang luas, bahkan hingga ke negeri Kamboja. Hal tersebut diceritakan oleh tiga sumber yang berbeda, yakni Babad Parahyangan, Abu Zayd (seorang pengembara dari Arab), dan sebuah prasasti di Thailand.
Diceritakan bahwa Dinasti Sanjaya yang merupakan penganut Hindu menyerang Kerajaan Chenla yang beragama Buddha di Kemir (Khmer/Kamboja).
Peperangan berakhir dengan kekalahan Chenla, kemudian raja Chenla yang bernama Jayawarman dibawa ke Mataram sebagai tawanan. Raja Jayawarman kemudian dibebaskan dan diberi sebidang tanah di Mataram.
Di kemudian hari, keluarga Raja Jayawarman tersebut justru lebih berpengaruh daripada keluarga Sanjaya. Mereka pun dapat menguasai Jawa dan membangun dinasti baru, yakni Dinasti Syailendra.
Wilayah Mataram pun terbagi dua, wilayah utara diperintah oleh Dinasti Syailendra dan wilayah selatan diperintah oleh Dinasti Sanjaya.
Kemudian, dua dinasti tersebut dapat dipersatukan dengan pernikahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani dari Dinasti Syailendra yang beragama Buddha.
Rakai Pikatan memengaruhi istrinya untuk menuntut hak tahta Dinasti Syailendra dari Raja Balaputradewa (adik Pramodhawardhani), sehingga perang saudara terjadi.
Balaputradewa akhirnya kalah dan lari ke Sumatra. Dengan begitu, pemerintahan Mataram kembali dipersatukan di bawah Dinasti Sanjaya. Hal tersebut membuktikan walaupun rakyat Mataram Kuno berbeda agama (Hindu dan Buddha), namun memiliki toleransi yang tinggi.
Raja-raja itu berturut-turut yakni Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggulan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watuhura Dyah Balitung.
Sepeninggal Dyah Balitung, Mataram Kuno mengalami kemunduran dan berturut-turut diperintah oleh raja-raja yang lemah seperti Daksotama, Dyah Tulodong, dan yang terakhir Dyah Wawa.
Raja Dyah Wawa memiliki perdana menteri sekaligus menantunya bernama Mpu Senduk yang pada
akhirnya mengambil alih tahta dan memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur. Setelah itu, riwayat Kerajaan Mataram Kuno berakhir.
Pembahasan ini berisi tentang sejarah kerajaan mataram kuno, sumber sejarah kerajaan mataram kuno, peninggalan kerajaan mataram kuno, silsilah kerajaan mataram kuno, dan gambar kerajaan mataram kuno.
Sumber Sejarah kerajaan mataram kuno
Ada banyak sumber berita yang menceritakan keberadaan Kerajaan Mataram Kuno. Sumber yang berupa peninggalan tertulis, di antaranya Prasasti Canggal (732 M), Prasasti Kalasan (778 M), Prasasti Karang Tengah (824 M), Prasasti Argapura (863 M), dan Prasasti Kedu (907 M).Sumber-sumber lainnya berupa dongeng-dongeng yang diceritakan secara turun-temurun. Ada satu dongeng yang dibukukan, yakni Babad Parahyangan, serta cerita-cerita dari luar negeri.
Prasasti Canggal yang bertahun 732 M ditemukan pada sebuah bangunan lingga yoni di Gunung Wukir. Prasasti tersebut berhuruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta.
Berdasarkan prasasti tersebut, raja yang bernama Sanjaya membangun lingga yoni sebagai penghormatan kepada Dewa Syiwa. Dapat disimpulkan bahwa Raja Sanjaya dan sebagian besar rakyatnya beragama Hindu.
Kitab Babad Parahyangan menceritakan bahwa Sanjaya adalah keponakan dari seorang pangeran yang bernama Sanna. Dikisahkan bahwa Pangeran Sanna berperang dengan Raja Purbasora dari Galuh (sekarang kita mengenalnya sebagai Ciamis).
Karena kalah, Sanna lalu menyingkir ke Gunung Merapi. Kemudian, di kawasan Gunung Merapi tersebut dia membangun kerajaan baru. Raja pengganti Sanna, yakni Sanjaya kembali ke Galuh dan membalas kekalahan Sanna kepada Raja Purbasora.
Berdasarkan hal tersebut, maka anak cucu Sanjaya yang memerintah di Mataram Lama kemudian
disebut Dinasti Sanjaya.
Selain itu, Sanjaya dikisahkan memiliki wilayah kekuasaan yang luas, bahkan hingga ke negeri Kamboja. Hal tersebut diceritakan oleh tiga sumber yang berbeda, yakni Babad Parahyangan, Abu Zayd (seorang pengembara dari Arab), dan sebuah prasasti di Thailand.
Diceritakan bahwa Dinasti Sanjaya yang merupakan penganut Hindu menyerang Kerajaan Chenla yang beragama Buddha di Kemir (Khmer/Kamboja).
Peperangan berakhir dengan kekalahan Chenla, kemudian raja Chenla yang bernama Jayawarman dibawa ke Mataram sebagai tawanan. Raja Jayawarman kemudian dibebaskan dan diberi sebidang tanah di Mataram.
Di kemudian hari, keluarga Raja Jayawarman tersebut justru lebih berpengaruh daripada keluarga Sanjaya. Mereka pun dapat menguasai Jawa dan membangun dinasti baru, yakni Dinasti Syailendra.
Peninggalan kerajaan mataram kuno
Dinasti Syailendra terkenal karena salah satu peninggalannya, yakni Candi Borobudur. Dinasti Syailendra yang beragama Buddha akhirnya lebih mendominasi pemerintahan. Sehingga, Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.Gambar: Candi Borobudur; salah satu peninggalan kerajaan mataram kuno |
Wilayah Mataram pun terbagi dua, wilayah utara diperintah oleh Dinasti Syailendra dan wilayah selatan diperintah oleh Dinasti Sanjaya.
Kemudian, dua dinasti tersebut dapat dipersatukan dengan pernikahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani dari Dinasti Syailendra yang beragama Buddha.
Rakai Pikatan memengaruhi istrinya untuk menuntut hak tahta Dinasti Syailendra dari Raja Balaputradewa (adik Pramodhawardhani), sehingga perang saudara terjadi.
Balaputradewa akhirnya kalah dan lari ke Sumatra. Dengan begitu, pemerintahan Mataram kembali dipersatukan di bawah Dinasti Sanjaya. Hal tersebut membuktikan walaupun rakyat Mataram Kuno berbeda agama (Hindu dan Buddha), namun memiliki toleransi yang tinggi.
Silsilah kerajaan mataram kuno
Berdasarkan Prasasti Kedu bertahun 907 M yang dikeluarkan oleh Raja Rakai Watuhura Dyah Balitung, dapat diketahui namanama raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram Kuno.Raja-raja itu berturut-turut yakni Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggulan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watuhura Dyah Balitung.
Sepeninggal Dyah Balitung, Mataram Kuno mengalami kemunduran dan berturut-turut diperintah oleh raja-raja yang lemah seperti Daksotama, Dyah Tulodong, dan yang terakhir Dyah Wawa.
Raja Dyah Wawa memiliki perdana menteri sekaligus menantunya bernama Mpu Senduk yang pada
akhirnya mengambil alih tahta dan memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur. Setelah itu, riwayat Kerajaan Mataram Kuno berakhir.