Sejarah Kerajaan Demak Lengkap

Kerajaan demak merupakan salah satu kerajaan Islam di Indonesia yang cukup terkenal. Bagaimanakah sejarah kerajaan Demak?

Pembahasan ini adalah tentang sejarah kerajaan Demak, peninggalan kerajaan Demak, silsilah kerajaan Demak, dan asal-usul kerajaan Demak.

Sejarah kerajaan demak

Sekitar tahun 1500, kekuasaan Majapahit sudah sangat lemah sekali. Kemudian dengan dukungan Walisanga, Raden Patah mengambil alih tahta Majapahit dan memindahkan ibu kota kerajaan ke Demak.

Sejak saat itu, maka kerajaan Demak resmi berdiri dan Raden Patah dinobatkan menjadi Raja yang pertama dengan gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah.

Pemerintahan Kerajaan Demak sangat didukung oleh Walisanga yang sebelumnya sangat mendambakan kepemimpinan Islam di tanah Jawa. Sebagai sebuah kerajaan Islam, Kerajaan Demak berusaha untuk membebaskan Malaka dari pendudukan Portugis.

Pada tahun 1513, Raden Patah mengirim putranya yang bernama Pati Unus untuk memimpin penyerangan ke Malaka. Namun, usaha tersebut gagal karena Portugis lebih unggul.

Meski demikian, karena keberaniannya menyerang Portugis di Utara, Pati Unus kemudian dijuluki Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang menyeberang ke Utara).

Raden Patah meninggal tahun 1513 dan Pati Unus naik tahta sebagai raja. Namun, Pati Unus hanya sempat memerintah selama tiga tahun. Setelah wafatnya Pati Unus, terjadi kemelut di dalam kerajaan.

Kedua adiknya, yakni Pangeran Trenggana dan Pangeran Sekar Seda Lepen saling berebut tahta. Peristiwa tersebut berujung pada tewasnya Pangeran Sekar Seda Lepen oleh Pangeran Prawoto, putra Pangeran Trenggana.

Meninggalnya Pangeran Sekar Seda Lepen melapangkan jalan bagi Trenggana untuk menduduki tahta. Di bawah pemerintahan Sultan Trenggana, Kerajaan Demak berkembang pesat sebagai penyebar agama Islam di Nusantara.
Sejarah Kerajaan Demak Lengkap
Gambar: Peninggalan kerajaan Demak

Sebagai Sultan Kerajaan Demak, Trenggana memiliki pandangan yang sama dengan para pendahulunya yaitu demi kepentingan Islam di Nusantara, Portugis harus diusir dari Malaka.

Saat Trenggana sedang memikirkan cara menghadang Portugis, datang seorang pemuda gagah asal Persia yang menyatakan niat dan kesanggupannya untuk membantu Demak mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Pemuda tersebut bernama Fadhillah Khan. Trenggana meminta bantuan pada Sunan Gunung Jati di Cirebon untuk membantu Fadhillah Khan guna menyerang Portugis.

Pada tahun 1527, Fadhillah Khan pergi dengan memimpin pasukan gabungan yang terdiri atas tentara Kerajaan Demak dan para santri murid Sunan Gunung Jati.

Penyerangan tersebut berhasil. Bahkan, Fadhillah Khan mampu merebut seluruh daerah pesisir utara Jawa Barat dari kerajaan Pajajaran.

Sebagai hadiah, Trenggana memberikan wilayah pesisir utara Jawa Barat tersebut pada Fadillah Khan. Karena keberhasilannya, Fadhillah Khan dijuluki Fatahillah, artinya penakluk yang dikirim Allah.

Fatahillah mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Trenggana wafat pada tahun 1546. Sepeninggalnya, kembali terjadi perebutan tahta antara anak-anak Trenggana dengan anak-anak Sekar Seda Lepen yang sebelumnya dibunuh Prawoto.

Perseteruan itu berujung pada tewasnya Prawoto di tangan putra Sekar Seda Lepen, Pangeran Arya Penangsang. Maka Arya Penangsang pun naik tahta sebagai raja Demak.

Hampir semua bupati memberontak untuk menurunkan Arya Penangsang dari tahta. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh bupati Pajang yang bernama Jaka Tingkir.

Bersama dengan penasihatnya yang bernama Ki Ageng Pamanahan, Jaka Tingkir berhasil mengalahkan pasukan Arya Penangsang dalam peperangan.

Perang berakhir dengan tewasnya Arya Penangsang di tangan Sutawijaya, putra Ki Ageng Pamanahan yang juga senopati di Pajang.

Setelah tewasnya Arya Penangsang, Jaka Tingkir lalu mengambil alih kepemimpinan di Jawa dan
memindahkan ibu kota ke Pajang.

Dengan demikian, berakhirlah riwayat Kerajaan Demak. Posisi dan peran-peran kuncinya digantikan oleh Kerajaan Pajang yang baru didirikan oleh Jaka Tingkir.

Sebagai penghargaan atas bantuan Ki Ageng Pamanahan dan Sutawijaya, Jaka Tingkir mengangkat Sutawijaya sebagai bupati Mataram.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel