Contoh Naskah Drama Singkat dan Karakterisasi Penokohan dalam Drama
November 13, 2015
Edit
Pembahasan kali ini adalah menjelaskan tentang contoh naskah (teks) drama singkat dan penggambaran watak tokoh di dalamnya atau karakterisasi penokohan dalam drama.
Malam hari di musim pancaroba. Di luar jendela, tampak terang bulan, remang-remang di kejauhan tampak pohon cemara. Di sebelah kiri meja menghadap ke samping, duduk orang asing sedang menghabiskan makannya.
Gadis duduk di kursi amben kecil di depan dapur, membelakangi publik, sementara menengok-nengok ke arah orang asing. Ibu mondar-mandir, antara meja, amben, dan rak membawa piring-piring makanan dan lain-lain. Sebuah lampu ada di atas meja.
Orang asing : (Mendorong kursinya ke belakang dan menghabiskan makanannya) Enak, enak sekali, sungguh aku rasa baiklah aku mengaso sekarang. Aku capek sekali habis jalan kaki lewat hutan-hutan itu. Alhamdulillah aku mujur menemukan rumah ini.
Ibu : Jika Ndoro mau menunggu sebentar, suami saya segera datang dari ladang.
Orang asing : (berdiri) Apakah tidak takut sendiri di rumah terpencil ini, hanya dua perempuan, malam-malam seperti ini ....
Ibu : Apa yang akan kami takutkan? Apa yang akan dirampok dari kami? Dan siapalah yang mau dengan saya? Sinah akan menghajar mereka. Ia lebih kuat dari kebanyakan lelaki.
Orang asing : (membungkuk dengan perasaan tidak enak). Anak ibu tegap badannya.
Ibu : Dia kuat. Karena dia harus bekerja di ladang dengan ayahnya.
Orang asing : Ah, saya kira berat, untuk mengurus segalanya hanya dengan seorang lelaki dalam keluarga atau (jelas) ibu punya anak laki-laki tentunya. (menyindir).
Ibu : Tidak, dulu ada seorang. Ia minggat waktu berumur 13 tahun.
Orang asing : (dengan ketawa kecil dan agak gugup) Sayang. Aku sangk wanita ingin ada orang yang akan melindunginya. Dan kini, sebagai seorang ibu, Ibu tentu akan menerima kembali anak itu bila ia pulang ke rumah untuk menolong Ibu di hari tua?
Ibu : (ragu-ragu) Ah, saya tidak tahu....
Gadis : Ia mungkin tenggelam (jengkel).
Orang asing : O. Maaf. Tapi suami Ibu selalu tinggalkan Ibu seorang diri .... Terdengar suara bapak dari jarak agak jauh.
Ibu : Itu, dia, silahkan Ndoro tunggu sebentar. Sebaiknya Ndoro bertemu dia sebelum pergi tidur. (ibu keluar)
Orang asing : (jalan agak kaku mendekati gadis) Aku kira seorang gadis muda dan manis seperti kau kadang-kadang tentu akan merasa jemu, hidup bekerja terus-menerus di tempat seram seperti ini ... meski indah sekalipun ....
Gadis : (Memandang dia dengan tetap, agak canggung). Apa ... ?
Orang asing : Aku yakin di sekitar ini tentu tak banyak kegembiraan. Tak banyak anak muda. Tak ada joget dan lain-lain. Kau mestinya di kota besar.
Gadis : (setengah pada diri sendiri) Saya punya kegembiraan sendiri.
Orang asing : Enak di kota besar. Jalan-jalan terang benderang dan sibuk. Darahmu akan mengalir lebih cepat. Sayang sekali kau tak akan tahu. Tak sadarkah kau hanya akan jadi kasar dan tua di sini Tiap hari akan makin kaku dan bodoh, kerja, kerja, kerja, kemudian kau akan seperti ibumu yang akhirnya kerdil dan jelek, kemudian mati. Nah, apa katamu (ketawa sedikit, histeris) bila mendadak datang seorang satria (melihat kepada gadis) dan berjanji akan membawa kau ke kota besar dan memperlihatkan segala sesuatu kepadamu ... membelikan pakaian dan perhiasan ... dan memberikan padamu segala yang terbaik, seperti seorang putri ....
Gadis : (berdiri cepat dan berjalan menuju orang asing agak pincang). Aku pincang, digigit anjing. Ndoro ingin lihat? (dia angkat kainnya dan menunjukkan tempat di bawah lutut). Apakah kaki seorang putri seperti ini? Lihat bekas ini (memperlihatkan tangannya) Gara-gara sebuah paku besar (lutut kiri orang asing dipijat dengan tangannya dan menengok ke atas, senyum sedikit). (orang asing meraih sedikit dan melangkah mundur agak kaget). Pernah Ndoro rasakan tangan seorang putri seperti ini? (diam sejenak. Gadis berjalan menuju ke pintu sebelah kiri, lalu masuk).
1. Karakter “Orang asing” dalam kutipan tersebut adalah sombong.
Selain itu, dilihat dari dialog-dialog yang diungkapkannya, ia juga berwatak suka mencampuri urusan orang lain dan suka menyindir. Dalam hal ini, situasi diri orang asing sedang penuh selidik terhadap orang-orang dalam keluarganya.
Ia meninggalkan keluarganya ke kota saat usianya 13 tahun. Berkaitan dengan pemeranan, dialog dan perilaku tokoh orang asing harus disampaikan secara sopan, tapi menunjukkan kesan orang besar.
2. Karakter “Ibu” dalam kutipan tersebut cenderung penyabar.
Tokoh Ibu memiliki kehidupan sebagai orang kampung yang jauh dari pendidikan, dengan ekonomi kekurangan, pekerja keras, dan sangat menghormati tamu yang dipandang sebagai orang kaya. Berkaitan dengan dialog dan perilaku, tokoh Ibu cenderung menunjukkan sikap sabar, tenang, dan datar.
3. Karakter “Gadis” dalam kutipan naskah drama di atas adalah pemarah.
Dialog-dialog yang diungkapkannya menunjukkan bahwa tokoh Gadis berwatak mudah tersinggung. Dalam hal ini, situasi diri tokoh Gadis mengalami tekanan mental karena kakinya pincang. Berkaitan dengan pemeranan, dialog dan perilaku tokoh Gadis harus disampaikan secara keras, emosional, dan menunjukkan kekecewaan.
Karena tokoh Gadis memiliki latar belakang kehidupan sebagai orang kampung yang jauh dari pendidikan, maka ekspresi pemeranan tokoh menampakkan gaya dan karakter khas orang kampung.
Dalam pemeranan sangat baik apabila kalian dapat menyesuaikan karakter watak yang telah terindentifikasi berkenaan dengan volume suara, intonasi, dan artikulasi. Dengan demikian, kalian perlu melatih oleh vokal, pemahaman dan pendalaman karakter, serta latihan berperan.
Contoh Naskah Drama Singkat
Orang Asing
Karya: Rupert Brooke
Malam hari di musim pancaroba. Di luar jendela, tampak terang bulan, remang-remang di kejauhan tampak pohon cemara. Di sebelah kiri meja menghadap ke samping, duduk orang asing sedang menghabiskan makannya.
Gadis duduk di kursi amben kecil di depan dapur, membelakangi publik, sementara menengok-nengok ke arah orang asing. Ibu mondar-mandir, antara meja, amben, dan rak membawa piring-piring makanan dan lain-lain. Sebuah lampu ada di atas meja.
Pementasan Drama |
Ibu : Jika Ndoro mau menunggu sebentar, suami saya segera datang dari ladang.
Orang asing : (berdiri) Apakah tidak takut sendiri di rumah terpencil ini, hanya dua perempuan, malam-malam seperti ini ....
Ibu : Apa yang akan kami takutkan? Apa yang akan dirampok dari kami? Dan siapalah yang mau dengan saya? Sinah akan menghajar mereka. Ia lebih kuat dari kebanyakan lelaki.
Orang asing : (membungkuk dengan perasaan tidak enak). Anak ibu tegap badannya.
Ibu : Dia kuat. Karena dia harus bekerja di ladang dengan ayahnya.
Orang asing : Ah, saya kira berat, untuk mengurus segalanya hanya dengan seorang lelaki dalam keluarga atau (jelas) ibu punya anak laki-laki tentunya. (menyindir).
Ibu : Tidak, dulu ada seorang. Ia minggat waktu berumur 13 tahun.
Orang asing : (dengan ketawa kecil dan agak gugup) Sayang. Aku sangk wanita ingin ada orang yang akan melindunginya. Dan kini, sebagai seorang ibu, Ibu tentu akan menerima kembali anak itu bila ia pulang ke rumah untuk menolong Ibu di hari tua?
Ibu : (ragu-ragu) Ah, saya tidak tahu....
Gadis : Ia mungkin tenggelam (jengkel).
Orang asing : O. Maaf. Tapi suami Ibu selalu tinggalkan Ibu seorang diri .... Terdengar suara bapak dari jarak agak jauh.
Ibu : Itu, dia, silahkan Ndoro tunggu sebentar. Sebaiknya Ndoro bertemu dia sebelum pergi tidur. (ibu keluar)
Orang asing : (jalan agak kaku mendekati gadis) Aku kira seorang gadis muda dan manis seperti kau kadang-kadang tentu akan merasa jemu, hidup bekerja terus-menerus di tempat seram seperti ini ... meski indah sekalipun ....
Gadis : (Memandang dia dengan tetap, agak canggung). Apa ... ?
Orang asing : Aku yakin di sekitar ini tentu tak banyak kegembiraan. Tak banyak anak muda. Tak ada joget dan lain-lain. Kau mestinya di kota besar.
Gadis : (setengah pada diri sendiri) Saya punya kegembiraan sendiri.
Orang asing : Enak di kota besar. Jalan-jalan terang benderang dan sibuk. Darahmu akan mengalir lebih cepat. Sayang sekali kau tak akan tahu. Tak sadarkah kau hanya akan jadi kasar dan tua di sini Tiap hari akan makin kaku dan bodoh, kerja, kerja, kerja, kemudian kau akan seperti ibumu yang akhirnya kerdil dan jelek, kemudian mati. Nah, apa katamu (ketawa sedikit, histeris) bila mendadak datang seorang satria (melihat kepada gadis) dan berjanji akan membawa kau ke kota besar dan memperlihatkan segala sesuatu kepadamu ... membelikan pakaian dan perhiasan ... dan memberikan padamu segala yang terbaik, seperti seorang putri ....
Gadis : (berdiri cepat dan berjalan menuju orang asing agak pincang). Aku pincang, digigit anjing. Ndoro ingin lihat? (dia angkat kainnya dan menunjukkan tempat di bawah lutut). Apakah kaki seorang putri seperti ini? Lihat bekas ini (memperlihatkan tangannya) Gara-gara sebuah paku besar (lutut kiri orang asing dipijat dengan tangannya dan menengok ke atas, senyum sedikit). (orang asing meraih sedikit dan melangkah mundur agak kaget). Pernah Ndoro rasakan tangan seorang putri seperti ini? (diam sejenak. Gadis berjalan menuju ke pintu sebelah kiri, lalu masuk).
Penggambaran Watak Tokoh dalam Naskah Drama
Berdasarkan cuplikan dialog naskah drama di atas, kalian dapat mengidentifikasi karakter tokoh yang ada, sebelum kalian memerankannya. Identifikasi karakter tokoh-tokoh pada naskah dan kesesuaian pemerannya dapat kalian pahami dalam penjelasan berikut.1. Karakter “Orang asing” dalam kutipan tersebut adalah sombong.
Selain itu, dilihat dari dialog-dialog yang diungkapkannya, ia juga berwatak suka mencampuri urusan orang lain dan suka menyindir. Dalam hal ini, situasi diri orang asing sedang penuh selidik terhadap orang-orang dalam keluarganya.
Ia meninggalkan keluarganya ke kota saat usianya 13 tahun. Berkaitan dengan pemeranan, dialog dan perilaku tokoh orang asing harus disampaikan secara sopan, tapi menunjukkan kesan orang besar.
2. Karakter “Ibu” dalam kutipan tersebut cenderung penyabar.
Tokoh Ibu memiliki kehidupan sebagai orang kampung yang jauh dari pendidikan, dengan ekonomi kekurangan, pekerja keras, dan sangat menghormati tamu yang dipandang sebagai orang kaya. Berkaitan dengan dialog dan perilaku, tokoh Ibu cenderung menunjukkan sikap sabar, tenang, dan datar.
3. Karakter “Gadis” dalam kutipan naskah drama di atas adalah pemarah.
Dialog-dialog yang diungkapkannya menunjukkan bahwa tokoh Gadis berwatak mudah tersinggung. Dalam hal ini, situasi diri tokoh Gadis mengalami tekanan mental karena kakinya pincang. Berkaitan dengan pemeranan, dialog dan perilaku tokoh Gadis harus disampaikan secara keras, emosional, dan menunjukkan kekecewaan.
Karena tokoh Gadis memiliki latar belakang kehidupan sebagai orang kampung yang jauh dari pendidikan, maka ekspresi pemeranan tokoh menampakkan gaya dan karakter khas orang kampung.
Dalam pemeranan sangat baik apabila kalian dapat menyesuaikan karakter watak yang telah terindentifikasi berkenaan dengan volume suara, intonasi, dan artikulasi. Dengan demikian, kalian perlu melatih oleh vokal, pemahaman dan pendalaman karakter, serta latihan berperan.