Pengertian, Sejarah, Fungsi dan Tujuan serta Isi Konferensi Asia Afrika (KAA)
Oktober 04, 2015
Edit
Pokok pembahasan pada kali ini adalah tentang pengertian konferensi asia afrika, sejarah konferensi asia afrika, fungsi dan tujuan konferensi asia afrika dan isi konferensi asia afrika serta isi dari dasa sila Bandung.
Tidak satu pun negara di dunia ini yang sanggup hidup sendirian. Bahkan, semenjak kelahirannya pun suatu negara telah membutuhkan negara lain. Saat Indonesia tengah menghadapi revolusi fisik, pada tanggal 20 Agustus 1946 kita telah mengirim bantuan 500.000 ton beras untuk negara India yang dilanda kelaparan.
Sebaliknya, tanggal 14 Maret 1947 utusan Mesir Mohammad Abdul Mounim datang ke Indonesia untuk menyampaikan dukungan dan pengakuan dari Liga Arab terhadap berdirinya negara Indonesia.
Begitulah, hubungan diplomasi antara Indonesia dengan negara-negara lain bisa terjalin dalam berbagai bentuk. Nah, sekarang mari kita deskripsikan bersama berbagai kerja sama yang terjalin antara Indonesia dengan negara-negara lain.
Negara-negara yang ada di kedua benua itu memang sama-sama menderita lahir batin, akibat cengkeraman kuku-kuku imperialisme dan kolonialisme Barat.
Salah satu bentuk solidaritas terhadap perjuangan di antara bangsa-bangsa di kedua kawasan adalah dengan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika.
Kepentingan Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan dua konferensi pendahuluan, yaitu Konferensi Kolombo dan Konferensi Bogor.
Keputusan yang berhasil dicapai dalam konferensi ini antara lain sebagai berikut.
a. Indo-Cina harus dimerdekakan dari imperialisme Prancis.
b. Kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.
c. Menyetujui dan mengusahakan adanya Konferensi Asia Afrika dan memilih Indonesia sebagai penyelenggaranya.
Konferensi Bogor diselenggarakan pada tanggal 28–29 Desember 1954. Hadir pada saat itu adalah semua peserta Konferensi Kolombo.
Maksud konferensi ini adalah membahas pelaksanaan Konferensi Asia Afrika antara lain apa tujuan Konferensi Asia Afrika, siapa yang akan diundang, dan atas tingkatan apa Konferensi Asia Afrika itu akan diadakan.
Dalam komunike bersama yang disepakati para perdana menteri itu disepakati bahwa Konferensi Asia Afrika akan diadakan di Kota Bandung pada tahun 1955.
Ketua konferensi adalah Mr. Ali Sastroamidjojo, ketua panitia kebudayaan adalah Mr. Muh. Yamin, dan ketua panitia bagian perekonomian adalah Prof. Ir. Roosseno. Sekretaris jenderal konferensi dipegang oleh Ruslan Abdul Gani.
Konferensi yang dibuka secara resmi oleh Presiden Ir. Soekarno itu berlangsung di dua tempat, yaitu di gedung Merdeka dan gedung Dwi Warna. Selama konferensi terjadi perbedaan pendapat yang mengkristal menjadi tiga kelompok.
Sementara itu negara lainnya tidak menampilkan pendirian yang jelas. Suasana konferensi sempat panas saat kelompok pro-Barat yang antikomunis mengkritik secara tajam komunisme.
Namun, bisa reda setelah Chou En Lai dengan tenang memberi jawaban, ”We come here to seek common ground, not to create divergence. We come here to seek unity and not to quarrel.”
Memang, sebuah konferensi yang diikuti beberapa negara dengan beragam latar belakang dan ideologi, apabila tidak dikelola secara baik, bisa tidak menghasilkan apa-apa.
Konferensi Asia-Afrika pun berjalan lancar. Konferensi ini menghasilkan keputusan yang fenomenal. Keputusan tersebut sering kita dengar dengan istilah dasasila Bandung.
Tidak satu pun negara di dunia ini yang sanggup hidup sendirian. Bahkan, semenjak kelahirannya pun suatu negara telah membutuhkan negara lain. Saat Indonesia tengah menghadapi revolusi fisik, pada tanggal 20 Agustus 1946 kita telah mengirim bantuan 500.000 ton beras untuk negara India yang dilanda kelaparan.
Sebaliknya, tanggal 14 Maret 1947 utusan Mesir Mohammad Abdul Mounim datang ke Indonesia untuk menyampaikan dukungan dan pengakuan dari Liga Arab terhadap berdirinya negara Indonesia.
Begitulah, hubungan diplomasi antara Indonesia dengan negara-negara lain bisa terjalin dalam berbagai bentuk. Nah, sekarang mari kita deskripsikan bersama berbagai kerja sama yang terjalin antara Indonesia dengan negara-negara lain.
Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan Peran Indonesia
Solidaritas dan persahabatan kadang bisa terbentuk dari sebuah persamaan. Begitulah yang terjadi dengan negara-negara di Benua Asia dan Afrika.Negara-negara yang ada di kedua benua itu memang sama-sama menderita lahir batin, akibat cengkeraman kuku-kuku imperialisme dan kolonialisme Barat.
Salah satu bentuk solidaritas terhadap perjuangan di antara bangsa-bangsa di kedua kawasan adalah dengan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika.
Kepentingan Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan dua konferensi pendahuluan, yaitu Konferensi Kolombo dan Konferensi Bogor.
Suasana Gedung Merdeka pada KAA tahun 1955 |
Tokoh Konferensi Asia Afrika (KAA)
Konferensi Kolombo diselenggarakan pada tanggal 28 April–2 Mei 1954 di Sri Lanka. Hadir pada saat itu Shri Pandit Jawaharlal Nehru (PM India), Mohammad Ali Jinna (PM Pakistan), Sir John Kotelawala (PM Sri Lanka), U Nu (PM Burma), dan Ali Sastroamidjojo (PM Indonesia).Keputusan yang berhasil dicapai dalam konferensi ini antara lain sebagai berikut.
a. Indo-Cina harus dimerdekakan dari imperialisme Prancis.
b. Kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.
c. Menyetujui dan mengusahakan adanya Konferensi Asia Afrika dan memilih Indonesia sebagai penyelenggaranya.
Konferensi Bogor diselenggarakan pada tanggal 28–29 Desember 1954. Hadir pada saat itu adalah semua peserta Konferensi Kolombo.
Maksud konferensi ini adalah membahas pelaksanaan Konferensi Asia Afrika antara lain apa tujuan Konferensi Asia Afrika, siapa yang akan diundang, dan atas tingkatan apa Konferensi Asia Afrika itu akan diadakan.
Dalam komunike bersama yang disepakati para perdana menteri itu disepakati bahwa Konferensi Asia Afrika akan diadakan di Kota Bandung pada tahun 1955.
Konferensi Asia Afrika di Bandung 1955
Konferensi Asia Afrika pun dilaksanakan di Bandung tanggal 18–24 April 1955. Delegasi Indonesia terdiri atas 17 orang, 16 orang penasihat dan sekretariat 7 orang.Ketua konferensi adalah Mr. Ali Sastroamidjojo, ketua panitia kebudayaan adalah Mr. Muh. Yamin, dan ketua panitia bagian perekonomian adalah Prof. Ir. Roosseno. Sekretaris jenderal konferensi dipegang oleh Ruslan Abdul Gani.
Konferensi yang dibuka secara resmi oleh Presiden Ir. Soekarno itu berlangsung di dua tempat, yaitu di gedung Merdeka dan gedung Dwi Warna. Selama konferensi terjadi perbedaan pendapat yang mengkristal menjadi tiga kelompok.
- Pertama, kelompok yang pro-Barat yang meliputi Filipina, Thailand, Pakistan, Irak, dan Turki. Kedua, kelompok komunis yang terdiri atas Cina dan Vietnam Utara.
- Ketiga, kelompok netral yang terdiri atas India, Burma, Sri Lanka, dan Indonesia.
Sementara itu negara lainnya tidak menampilkan pendirian yang jelas. Suasana konferensi sempat panas saat kelompok pro-Barat yang antikomunis mengkritik secara tajam komunisme.
Namun, bisa reda setelah Chou En Lai dengan tenang memberi jawaban, ”We come here to seek common ground, not to create divergence. We come here to seek unity and not to quarrel.”
Memang, sebuah konferensi yang diikuti beberapa negara dengan beragam latar belakang dan ideologi, apabila tidak dikelola secara baik, bisa tidak menghasilkan apa-apa.
Konferensi Asia-Afrika pun berjalan lancar. Konferensi ini menghasilkan keputusan yang fenomenal. Keputusan tersebut sering kita dengar dengan istilah dasasila Bandung.