Cara Menugabah Cerpen Menjadi Naskah Drama dan Contoh Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen
Oktober 19, 2015
Edit
Pembahasan kali ini adalah tentang Menulis naskah drama berdasarkan cerpen, mengubah cerpen menjadi naskah drama, contoh naskah atau teks cerpen singkat, contoh naskah drama dari cerpen, teks drama singkat dan contoh naskah drama berdasarkan cerpen, contoh naskah drama pendek serta contoh drama singkat.
Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diceritakan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara (musik pengiring).
Sebuah naskah drama tidak selalu murni hasil dari imajinasi manusia, tapi bisa dihasilkan dari pengadopsian (pengambilan ide) karya sastra lain (misal: cerpen, novel, puisi). Naskah drama, bentuk dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel.
Naskah cerpen atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penuturan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh.
Jadi, naskah drama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh itu, penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.
Hal-hal yang harus kalian lakukan dalam mengubah sebuah cerpen menjadi naskah drama, yaitu:
1. membaca cerpen secara keseluruhan,
2. menentukan topik dan inti cerita,
3. mengidentifikasi tokoh dalam cerpen serta perwatakannya,
4. menentukan latar,
5. menggolongkan dialog sesuai dengan tokoh yang berbicara,
6. memberikan prolog pada tiap adegan.
Setelah mencium tangan Bunda dan mengucap salam, Ra berlari keluar rumah. Teman-temannya sudah menunggu di halaman depan, ada Fathia, Tary, dan Rita.
Mereka akan pergi ke sekolah bersamasama. Ra dan teman-temannya melambaikan tangan pada Bunda yang melepas kepergian mereka dengan senyum di depan pintu. Belum jauh melangkah, anak-anak itu melihat seorang lelaki tua sedang mengaduk-aduk bak sampah.
Setiap hari, Ra melihat orang itu mengambil sampah lalu menaruhnya di gerobak dorong tanpa merasa jijik. Sampah-sampah itu bau dan busuk. Ada kulit pisang, sayuran busuk, kertas pembungkus, botol pecah, dan lainlain.
Setiap hari Ra menutup hidung jika bertemu Pak Tua itu.
"Ih, bau sekali!" Kata Ra
"Aku jadi ingin muntah ...," bisik Rita.
"Eh, bukankah itu sampah-sampah bekas dari rumah kita juga?" bela Tary.
"Tapi kita kan mau lewat. Pak Tua itu harusnya berhenti dulu supaya baunya tidak menyengat," kata Fathia.
"Iya. Kita lari saja yuk begitu lewat gerobak sampahnya! Supaya tidak kena baunya," usul Ra.
"Yuk!" Keempat gadis itu berlari sambil tertawa-tawa.
***
"Bunda, sampah di depan rumah bau sekali," ujar Ra seraya menghampiri Bunda yang sedang menggoreng nasi untuk sarapan. Ra masih menggenggam sapu.
Karena hari ini hari Minggu, dia membantu Bunda menyapu lantai.
"Iya, sudah beberapa hari sampah tidak diambil. Pak Soleh sedang sakit. Nanti Ra antar Bunda menjenguk beliau ya?" kata Bunda. Ra sebenarnya tidak mengerti apa yang dikatakan Bunda. Tapi melihat Bunda sedang repot, Ra tidak bertanya lagi dan melanjutkan pekerjaannya.
(Sumber: Majalah Ummi, No.2 / XVI / 2004)
(Beranda rumah ada seperangkat kursi. Hari masih pagi. Di dekat kursi Ra mencium tangan ibu. Sementara Fathia, Tary, dan Rita menunggu di halaman depan)
Ra : (melepaskan tangan ibu) "Ra, berangkat, Bu." (lari menuju teman-temannya)
Ibu : "Ya, hati-hati di jalan!" (ibu masuk)
(Ra, Fathia, Tary, dan Rita berjalan dan bertemu lelaki tua sedang mengaduk tempat sampah.)
Ra : (menutup hidung) "Ih, bau sekali!"
Rita : "Aku ingin muntah."
Tary : "Eh, bukankah itu sampah-sampah bekas dari rumah kita juga?"
Fathia : "Tapi kita kan mau lewat. Pak Tua itu harusnya berhenti dulu supaya baunya tidak menyengat."
Ra : "Iya. Kita lari saja yuk begitu lewat gerobak sampahnya! Supaya tidak kena baunya."
Ra, Fathia, Tary, Rita : "Yuk!" (bersamaan, berlari sambil tertawa.)
***
(Ra menghampiri Bunda yang sedang menggoreng nasi untuk sarapan. Hari ini hari Minggu, Ra membantu Bunda menyapu lantai)
Ra : "Bunda, sampah di depan rumah bau sekali."
Bunda : "Iya, sudah beberapa hari sampah tidak diambil. Pak Soleh sedang sakit. Nanti Ra antar Bunda menjenguk beliau ya?"
(Ra melanjutkan menyapu sambil berlalu dari hadapan Bunda, tanpa mengerti apa yang dikatakan Bunda)
***
(Sumber: Majalah Ummi, No.2 / XVI / 2004)
Drama sudah ada sejak abad ke-5 SM. Hal ini didasarkan pada temuan naskah drama kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525 - 456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.Bila kita akan mengadakan pertunjukan drama, yang kita butuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon.
Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diceritakan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara (musik pengiring).
Sebuah naskah drama tidak selalu murni hasil dari imajinasi manusia, tapi bisa dihasilkan dari pengadopsian (pengambilan ide) karya sastra lain (misal: cerpen, novel, puisi). Naskah drama, bentuk dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel.
Naskah cerpen atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penuturan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh.
Jadi, naskah drama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh itu, penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.
Cara Menugabah Cerpen Menjadi Naskah Drama
Hal-hal yang harus kalian lakukan dalam mengubah sebuah cerpen menjadi naskah drama, yaitu:
1. membaca cerpen secara keseluruhan,
2. menentukan topik dan inti cerita,
3. mengidentifikasi tokoh dalam cerpen serta perwatakannya,
4. menentukan latar,
5. menggolongkan dialog sesuai dengan tokoh yang berbicara,
6. memberikan prolog pada tiap adegan.
Mengubah Cerpen Menjadi Naskah Drama |
Contoh Teks (Naskah) Cerpen Singkat
Bacalah dengan saksama cerpen berikut ini!Pak Tua Pemungut Sampah
Oleh: Kanianingsih
Setelah mencium tangan Bunda dan mengucap salam, Ra berlari keluar rumah. Teman-temannya sudah menunggu di halaman depan, ada Fathia, Tary, dan Rita.
Mereka akan pergi ke sekolah bersamasama. Ra dan teman-temannya melambaikan tangan pada Bunda yang melepas kepergian mereka dengan senyum di depan pintu. Belum jauh melangkah, anak-anak itu melihat seorang lelaki tua sedang mengaduk-aduk bak sampah.
Setiap hari, Ra melihat orang itu mengambil sampah lalu menaruhnya di gerobak dorong tanpa merasa jijik. Sampah-sampah itu bau dan busuk. Ada kulit pisang, sayuran busuk, kertas pembungkus, botol pecah, dan lainlain.
Setiap hari Ra menutup hidung jika bertemu Pak Tua itu.
"Ih, bau sekali!" Kata Ra
"Aku jadi ingin muntah ...," bisik Rita.
"Eh, bukankah itu sampah-sampah bekas dari rumah kita juga?" bela Tary.
"Tapi kita kan mau lewat. Pak Tua itu harusnya berhenti dulu supaya baunya tidak menyengat," kata Fathia.
"Iya. Kita lari saja yuk begitu lewat gerobak sampahnya! Supaya tidak kena baunya," usul Ra.
"Yuk!" Keempat gadis itu berlari sambil tertawa-tawa.
***
"Bunda, sampah di depan rumah bau sekali," ujar Ra seraya menghampiri Bunda yang sedang menggoreng nasi untuk sarapan. Ra masih menggenggam sapu.
Karena hari ini hari Minggu, dia membantu Bunda menyapu lantai.
"Iya, sudah beberapa hari sampah tidak diambil. Pak Soleh sedang sakit. Nanti Ra antar Bunda menjenguk beliau ya?" kata Bunda. Ra sebenarnya tidak mengerti apa yang dikatakan Bunda. Tapi melihat Bunda sedang repot, Ra tidak bertanya lagi dan melanjutkan pekerjaannya.
(Sumber: Majalah Ummi, No.2 / XVI / 2004)
Contoh Naskah Drama Pendek Berdasarkan Cerpen
Kutipan di atas dapat diubah menjadi dialog drama berikut ini!Pak Tua Pemungut Sampah
Oleh: Kanianingsih
(Beranda rumah ada seperangkat kursi. Hari masih pagi. Di dekat kursi Ra mencium tangan ibu. Sementara Fathia, Tary, dan Rita menunggu di halaman depan)
Ra : (melepaskan tangan ibu) "Ra, berangkat, Bu." (lari menuju teman-temannya)
Ibu : "Ya, hati-hati di jalan!" (ibu masuk)
(Ra, Fathia, Tary, dan Rita berjalan dan bertemu lelaki tua sedang mengaduk tempat sampah.)
Ra : (menutup hidung) "Ih, bau sekali!"
Rita : "Aku ingin muntah."
Tary : "Eh, bukankah itu sampah-sampah bekas dari rumah kita juga?"
Fathia : "Tapi kita kan mau lewat. Pak Tua itu harusnya berhenti dulu supaya baunya tidak menyengat."
Ra : "Iya. Kita lari saja yuk begitu lewat gerobak sampahnya! Supaya tidak kena baunya."
Ra, Fathia, Tary, Rita : "Yuk!" (bersamaan, berlari sambil tertawa.)
***
(Ra menghampiri Bunda yang sedang menggoreng nasi untuk sarapan. Hari ini hari Minggu, Ra membantu Bunda menyapu lantai)
Ra : "Bunda, sampah di depan rumah bau sekali."
Bunda : "Iya, sudah beberapa hari sampah tidak diambil. Pak Soleh sedang sakit. Nanti Ra antar Bunda menjenguk beliau ya?"
(Ra melanjutkan menyapu sambil berlalu dari hadapan Bunda, tanpa mengerti apa yang dikatakan Bunda)
***
(Sumber: Majalah Ummi, No.2 / XVI / 2004)