Faktor-faktor Penghamabat Perubahan Sosial dan Contohnya
September 19, 2015
Edit
Selain memiliki faktor-faktor pendorong, perubahan sosial juga memiliki faktor-faktor penghambar, pada pembahasan kali ini akan dikupas tuntas tentang faktor-fakor penghambat perubahan sosial sebagai pelengkap pembahasan sebelumnya tentang pengertian perubahan sosial budaya dan bentuk-bentuk perubahan sosial dan contohnya.
Hal ini dikarenakan banyaknya hambatan dalam proses perubahan. Contohnya suku-suku pedalaman di Papua, masyarakat tradisional di Kepulauan Maluku, dan lain-lain.
Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat masyarakat untuk berkembang? Menurut Soerjono Soekanto, terdapat beberapa faktor yang dapat menghalangi terjadinya perubahan sosial.
Anggapan inilah yang menghambat terjadinya perubahan sosial budaya. Keadaan ini akan menjadi lebih buruk apabila golongan konservatif yang berkuasa pada masyarakat yang bersangkutan.
Golongan konservatif akan menolak segala bentuk perubahan dan mempertahankan sesuatu yang ada. Sikap ini tampak pada masyarakat yang kebudayaannya masih berakar kuat.
Mereka terkungkung dengan tradisinya sendiri dan sulit mengalami perubahan. Mereka hanya mengenal tradisi dan kebudayaannya sendiri tanpa mengenal perkembangan kebudayaan masyarakat lain.
Padahal perkembangan kebudayaan lain mampu memperkaya kebudayaan sendiri. Dengan begitu, komunikasi atau hubungan antarmasyarakat merupakan kunci terjadinya perubahan sosial budaya.
Dalam hal ini komunikasi atau hubungan adalah proses penyampaian informasi tentang gagasan, ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya berupa fisik.
Jadi, terhambatnya komunikasi antarmasyarakat dapat menghambat terjadinya perubahan sosial budaya pada masyarakat yang bersangkutan.
Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan suatu masyarakat dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup.
Namun, dapat pula sebagai akibat dijajah oleh masyarakat lain. Masyarakat yang dijajah biasanya dengan sengaja dibiarkan terbelakang oleh masyarakat yang menjajahnya sehingga perkembangan ilmu pengetahuan mereka pun menjadi terlambat.
Maksud kebijakan itu supaya mereka tetap bodoh dan tertinggal. Situasi dan kondisi ini memudahkan penjajah untuk tetap menguasai mereka.
Pihak penjajah khawatir jika masyarakat yang dijajah memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, mereka sangat mungkin melakukan perubahan dalam hidupnya dengan cara melakukan revolusi atau pemberontakan.
Keadaan inilah yang membuat suatu masyarakat khawatir dengan datangnya unsur-unsur dari luar. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut mampu menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu di masyarakat.
Jika suatu saat timbul krisis ketika adat dan kebiasaan sudah tidak efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya, adat dan kebiasaan tersebut tidak akan mengalami perubahan.
Hal ini dikarenakan adat dan kebiasaan sudah terbiasa dilakukan atau dipakai sehingga sangat sulit untuk mengubahnya.
Contohnya kebiasaan masyarakat dalam memotong padi dengan pisau yang terbuat dari kayu (ani-ani atau ketam) akan sulit diubah walaupun telah dikenal alat pemotong padi yang lebih efektif.
Perubahan tersebut akan berdampak besar bagi tenaga-tenaga kerja (terutama wanita) yang menjadikan memotong padi sebagai mata pencaharian tambahan.
Selain itu, adat dan kebiasaan yang sukar mengalami perubahan biasanya berupa kepercayaan, sistem mata pencaharian, cara berpakaian tertentu, dan lain-lain.
5 Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Tidak selamanya perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat berjalan sukses dan berhasil. Ada sebagian masyarakat yang laju perubahan sosial budayanya sangat lamban.Hal ini dikarenakan banyaknya hambatan dalam proses perubahan. Contohnya suku-suku pedalaman di Papua, masyarakat tradisional di Kepulauan Maluku, dan lain-lain.
Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat masyarakat untuk berkembang? Menurut Soerjono Soekanto, terdapat beberapa faktor yang dapat menghalangi terjadinya perubahan sosial.
a. Sikap Masyarakat Tradisional
Sikap masyarakat tradisional biasanya berupa sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau. Mereka beranggapan bahwa tradisi tersebut secara mutlak tidak dapat diubah.Anggapan inilah yang menghambat terjadinya perubahan sosial budaya. Keadaan ini akan menjadi lebih buruk apabila golongan konservatif yang berkuasa pada masyarakat yang bersangkutan.
Golongan konservatif akan menolak segala bentuk perubahan dan mempertahankan sesuatu yang ada. Sikap ini tampak pada masyarakat yang kebudayaannya masih berakar kuat.
b. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Suatu masyarakat yang hidup secara terasing dan kurang berhubungan dengan masyarakat lain menyebabkan masyarakat tersebut mengalami ketertinggalan dalam perubahan sosial budaya.Mereka terkungkung dengan tradisinya sendiri dan sulit mengalami perubahan. Mereka hanya mengenal tradisi dan kebudayaannya sendiri tanpa mengenal perkembangan kebudayaan masyarakat lain.
Padahal perkembangan kebudayaan lain mampu memperkaya kebudayaan sendiri. Dengan begitu, komunikasi atau hubungan antarmasyarakat merupakan kunci terjadinya perubahan sosial budaya.
Dalam hal ini komunikasi atau hubungan adalah proses penyampaian informasi tentang gagasan, ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya berupa fisik.
Jadi, terhambatnya komunikasi antarmasyarakat dapat menghambat terjadinya perubahan sosial budaya pada masyarakat yang bersangkutan.
c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat
Kualitas pendidikan rendah |
Namun, dapat pula sebagai akibat dijajah oleh masyarakat lain. Masyarakat yang dijajah biasanya dengan sengaja dibiarkan terbelakang oleh masyarakat yang menjajahnya sehingga perkembangan ilmu pengetahuan mereka pun menjadi terlambat.
Maksud kebijakan itu supaya mereka tetap bodoh dan tertinggal. Situasi dan kondisi ini memudahkan penjajah untuk tetap menguasai mereka.
Pihak penjajah khawatir jika masyarakat yang dijajah memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, mereka sangat mungkin melakukan perubahan dalam hidupnya dengan cara melakukan revolusi atau pemberontakan.
d. Rasa Takut akan Terjadinya Kegoyahan pada Integrasi Kebudayaan
Semua unsur kebudayaan tidak mungkin berinteraksi dengan sempurna. Namun demikian, terdapat beberapa unsur tertentu memiliki derajat integrasi yang tinggi.Keadaan inilah yang membuat suatu masyarakat khawatir dengan datangnya unsur-unsur dari luar. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut mampu menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu di masyarakat.
e. Adat dan Kebiasaan
Setiap masyarakat memiliki adat atau kebiasaan. Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perikelakuan bagi anggota-anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.Jika suatu saat timbul krisis ketika adat dan kebiasaan sudah tidak efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya, adat dan kebiasaan tersebut tidak akan mengalami perubahan.
Hal ini dikarenakan adat dan kebiasaan sudah terbiasa dilakukan atau dipakai sehingga sangat sulit untuk mengubahnya.
Contohnya kebiasaan masyarakat dalam memotong padi dengan pisau yang terbuat dari kayu (ani-ani atau ketam) akan sulit diubah walaupun telah dikenal alat pemotong padi yang lebih efektif.
Perubahan tersebut akan berdampak besar bagi tenaga-tenaga kerja (terutama wanita) yang menjadikan memotong padi sebagai mata pencaharian tambahan.
Selain itu, adat dan kebiasaan yang sukar mengalami perubahan biasanya berupa kepercayaan, sistem mata pencaharian, cara berpakaian tertentu, dan lain-lain.