Biografi dan Sejarah Perjuangan Kapitan Pattimura
Juli 03, 2015
Edit
Perlawanan melawan pendudukan barat sangatlah panjang dan dilakukan diseluruh pelosok Indonesia. Yang lebih menarik lagi adalah bahwa semua perlawanan itu dilakukan oleh pahlawan Muslim Indonesia, termasuk Kapitan Pattimura.
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan tentang biografi singkat Kapitan Pattimura, sejarah Kapitan Pattimura dan perlawanan Kapitan Pattimura.
Belanda tampaknya juga tidak mau menyokong dan memerhatikan keberadaan tempat ibadah dan pengelolaan sekolah-sekolah secara layak. Inilah penyebab utama meletusnya Perang Maluku yang dipimpin Kapitan Pattimura.
Kapitan Pattimura nama aslinya adalah Thomas Matullesy. Dilahirkan pada tahun 1783 di negeri Haria, buah perkawinan dari Frans Matulessy dan Fransina Silahoi.
Thomas memiliki saudara kandung yang bernama Johannis Matulessy. Mereka kakak beradik memiliki tekad perjuangan yang sama.
Nama Kapitan Pattimura merupakan nama gelar mewarisi gelar dari moyangnya. Pada tanggal 15 Mei 1817, pasukan Pattimura mengadakan penyerbuan ke Benteng Duurstede.
Dalam penyerangan tersebut, Benteng Duurstede dapat diduduki oleh pasukan Pattimura bahkan residen van den Berg beserta keluarganya tewas. Tentara Belanda yang tersisa dalam benteng tersebut menyerahkan diri.
Dalam penyerbuan itu, Pattimura dibantu oleh Anthonie Rheebok, Christina Martha Tiahahu, Philip Latumahina, dan Kapitan Said Printah.
Berkat siasat Belanda yang berhasil membujuk Raja Booi, pada tanggal 11 November 1817, Thomas Matulessy atau yang akrab dikenal dengan gelar Kapitan Pattimura berhasil ditangkap di perbatasan hutan Booi dan Haria.
Akhirnya vonis hukuman gantung dijatuhkan kepada empat pemimpin, yaitu Thomas Matullessy atau Kapitan Pattimura, Anthonie Rheebok, Said Printah, dan Philip Latumahina.
Eksekusi hukuman gantung sampai mati dilaksanakan pada pukul 07.00 tanggal 10 Desember 1817 disaksikan rakyat Ambon.
Setelah van der Capellen pergi meninggalkan Bone, Ratu Bone memimpin kerajaan-kerajaan Bugis melancarkan perang. Mereka merebut wilayah-wilayah yang dikuasai Belanda dan berhasil membantai dua garnisun Belanda.
Tentunya pihak Belanda tidak tinggal diam, segera melancarkan serangan balasan. Pada tahun 1825, pasukan Belanda berhasil memukul pasukan Bone. Penaklukan yang terakhir dan menentukan kekalahan Bone, baru terjadi pada tahun 1908.
Bone harus menandatangani Perjanjian Pendek atau plakat pendek (Korte Verklaring). Ratu Bone yang memimpin perlawanan terhadap Belanda bernama I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat Ud-din, atau dikenal dengan nama Matinro E-Kassi. Beliau memerintah tahun 1823-1835.
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan tentang biografi singkat Kapitan Pattimura, sejarah Kapitan Pattimura dan perlawanan Kapitan Pattimura.
Perang Maluku (1817)
Ketika Belanda kembali berkuasa pada tahun 1817, monopoli diberlakukan lagi. Diberlakukan lagi sistem ekonomi uang kertas yang sangat dibenci dan keluar perintah sistem kerja paksa (rodi).Belanda tampaknya juga tidak mau menyokong dan memerhatikan keberadaan tempat ibadah dan pengelolaan sekolah-sekolah secara layak. Inilah penyebab utama meletusnya Perang Maluku yang dipimpin Kapitan Pattimura.
Kapitan Pattimura nama aslinya adalah Thomas Matullesy. Dilahirkan pada tahun 1783 di negeri Haria, buah perkawinan dari Frans Matulessy dan Fransina Silahoi.
Thomas memiliki saudara kandung yang bernama Johannis Matulessy. Mereka kakak beradik memiliki tekad perjuangan yang sama.
Nama Kapitan Pattimura merupakan nama gelar mewarisi gelar dari moyangnya. Pada tanggal 15 Mei 1817, pasukan Pattimura mengadakan penyerbuan ke Benteng Duurstede.
Dalam penyerangan tersebut, Benteng Duurstede dapat diduduki oleh pasukan Pattimura bahkan residen van den Berg beserta keluarganya tewas. Tentara Belanda yang tersisa dalam benteng tersebut menyerahkan diri.
Dalam penyerbuan itu, Pattimura dibantu oleh Anthonie Rheebok, Christina Martha Tiahahu, Philip Latumahina, dan Kapitan Said Printah.
Berkat siasat Belanda yang berhasil membujuk Raja Booi, pada tanggal 11 November 1817, Thomas Matulessy atau yang akrab dikenal dengan gelar Kapitan Pattimura berhasil ditangkap di perbatasan hutan Booi dan Haria.
Akhirnya vonis hukuman gantung dijatuhkan kepada empat pemimpin, yaitu Thomas Matullessy atau Kapitan Pattimura, Anthonie Rheebok, Said Printah, dan Philip Latumahina.
Eksekusi hukuman gantung sampai mati dilaksanakan pada pukul 07.00 tanggal 10 Desember 1817 disaksikan rakyat Ambon.
Gambar: Kapitan Pattimura |
Perang Bone (1824)
Pada tahun 1824, Gubernur Jenderal van der Capellen membujuk kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan untuk memperbarui Perjanjian Bongaya, tetapi Bone bersikeras menolaknya.Setelah van der Capellen pergi meninggalkan Bone, Ratu Bone memimpin kerajaan-kerajaan Bugis melancarkan perang. Mereka merebut wilayah-wilayah yang dikuasai Belanda dan berhasil membantai dua garnisun Belanda.
Tentunya pihak Belanda tidak tinggal diam, segera melancarkan serangan balasan. Pada tahun 1825, pasukan Belanda berhasil memukul pasukan Bone. Penaklukan yang terakhir dan menentukan kekalahan Bone, baru terjadi pada tahun 1908.
Bone harus menandatangani Perjanjian Pendek atau plakat pendek (Korte Verklaring). Ratu Bone yang memimpin perlawanan terhadap Belanda bernama I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat Ud-din, atau dikenal dengan nama Matinro E-Kassi. Beliau memerintah tahun 1823-1835.