Perbedaan Saraf Simpatik dan Parasimpatik dilengkapi Fungsi dan Cara Kerjanya

Pembahasan kali ini adalah tentang pengertian saraf simpatik dan parasimpatik, fungsi saraf simpatik dan parasimpatik, cara kerja saraf simpatik dan parasimpatik, perbedaan dan persamaan saraf simpatik dan parasimpatik, dll.

Sistem Saraf Tak Sadar (Saraf Otonom)

Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis.

Sistem saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi.

Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu:

a. Sistem saraf simpatik

b. Sistem saraf parasimpatik

Sistem saraf simpatik terdiri atas 25 pasang ganglion yang berasal dari:

1) Ruas tulang belakang : 3 pasang

2) Ruas tulang punggung : 11 pasang

3) Ruas tulang pinggang : 4 pasang

4) Ruas tulang kelangkang : 4 pasang

5) Ruas tulang ekor : 3 pasang

Dari ganglion-ganglion tersebut keluar serabut saraf yang mengendalikan kerja organ seperti jantung, pembuluh darah, kelenjar keringat dan semua alat dalam.

Serabut saraf dari sistem saraf parasimpatik juga menuju organ-organ yang dikendalikan oleh saraf simpatik.

Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ.

Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda.

Apabila suatu organ menjadi aktif karena rangsangan saraf simpatik, maka di lain pihak akan dilambatkan atau dihentikan oleh saraf parasimpatik.

Perhatikan perbandingan pengaruh kerja saraf simpatik dan saraf parasimpatik pada Gambar berikut.

Perbedaan Saraf Simpatik dan Parasimpatik dilengkapi Fungsi dan Cara Kerjanya
Perbedaan Saraf simpatik dan parasimpatik

Cara kerja sistem saraf simpatik dan parasimpatik

Dalam keadaan tidak terangsang, suatu serabut saraf bermuatan listrik positif di bagian luar, dan negatif di bagian dalam.

Jika ada suatu rangsang, rangsangan tersebut akan membangkitkan suatu impuls yang diteruskan sepanjang serabut saraf.

Selama perjalanan melalui serabut saraf, impuls saraf akan menyebabkan depolarisasi serabut yang dilaluinya.

Setelah impuls melalui suatu tempat, tempat tersebut segera akan terpolarisasi kembali seperti semula.

Serabut yang dilapisi mielin dapat meneruskan impuls dengan kecepatan 100 meter per detik, sedangkan serabut yang tidak dilapisi mielin hanya meneruskan impuls dengan kecepatan 25 meter per detik.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel