Kongres Perempuan Indonesia
Agustus 25, 2015
Edit
Sejarah organisasi pergerakan nasional diwarnai dengan peran serta kaum wanita Indonesia yang ditandai dengan Kongres Perempuan Indonesia.
Kapan pertamakali dilaksanakan kongres perempuan Indonesia? Apa hasil dari kongres perempuan Indonesia? Siapa tokoh pencetus kongres perempuan Indonesia?
Semua pertanyaan tersebut di atas akan dijawab pada pembahasan kali ini yaitu tentang sejarah organisasi pemuda dan wanita yang menghasilkan kongres perempuan Indonesia.
Di samping itu juga adanya hasrat untuk mengadakan gabungan atau membentuk perikatan di antara perkumpulan-perkumpulan wanita tersebut.
1) memberi penerangan dan perantaraan kepada perkumpulan yang menjadi anggotanya,
2) membantu dana belajar pada anak perempuan yang pandai,
3) mengadakan kursus kesehatan,
4) menentang perkawinan anak-anak, dan
5) memajukan kepanduan bagi anak-anak perempuan.
PPII memiliki asas kebangsaan, persamaan, jiwa sosial, dan persamaan hak di antara laki-laki dan perempuan.
Pada bulan Januari 1931 PPII mengikuti Kongres Perempuan se-Asia di Lahore dengan mengirim Nona Sunaryati Sukemi dan Ny. Rukmini Santoso.
Ini berarti untuk yang pertama kalinya pergerakan wanita Indonesia dapat berhubungan dengan pergerakan wanita internasional.
1) soal perburuhan perempuan,
2) pemberantasan buta huruf, dan
3) perkawinan
Kongres tidak dapat menyatakan sikap kaitannya dengan pembicaraan masalah Ordonansi perkawinan, karena anggaran dasar menuntut suara bulat dalam memutuskan suatu prinsip.
Hal yang dapat disepakati adalah diputuskannya penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia setiap 3 tahun sekali.
1) Undang-undang perkawinan modern,
2) soal politik kaitannya hak pilih dan dipilih bagi kaum wanita untuk posisi BadanPerwakilan (volksraad), dan
3) tanggal 22 Desember untuk disepakati diperingati sebagai Hari Ibu.
Kapan pertamakali dilaksanakan kongres perempuan Indonesia? Apa hasil dari kongres perempuan Indonesia? Siapa tokoh pencetus kongres perempuan Indonesia?
Semua pertanyaan tersebut di atas akan dijawab pada pembahasan kali ini yaitu tentang sejarah organisasi pemuda dan wanita yang menghasilkan kongres perempuan Indonesia.
Kongres Perempuan Indonesia I
Kongres perempuan yang pertama ini dilaksanakan tanggal 22 –25 Desember 1928 di Jakarta. Perkumpulan wanita yang mengikuti antara lain Wanito Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Aisyah, Wanudyo Utomo, Jong Islamienten Bond, Jong Java bagian wanita, dan Wanita Taman Siswa.Tujuan kongres perempuan Indonesia
Tujuan kongres pada dasarnya ingin mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia.Di samping itu juga adanya hasrat untuk mengadakan gabungan atau membentuk perikatan di antara perkumpulan-perkumpulan wanita tersebut.
Hasil Kongres perempuan Indonesia I
Hasil yang dicapai dalam kongres adalah pembentukan gabungan atau federasi perkumpulan wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang dipimpin Ny. Sukanto. Tujuan dari PPI adalah:1) memberi penerangan dan perantaraan kepada perkumpulan yang menjadi anggotanya,
2) membantu dana belajar pada anak perempuan yang pandai,
3) mengadakan kursus kesehatan,
4) menentang perkawinan anak-anak, dan
5) memajukan kepanduan bagi anak-anak perempuan.
PPI (Perikatan Perempuan Indonesia)
PPI sendiri dalam kongresnya pada tanggal 28-31 Desember 1929 di Jakarta, mengubah nama PPI menjadi PPII (Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia).Gambar: Kongres Perempuan Indonesia |
Pada bulan Januari 1931 PPII mengikuti Kongres Perempuan se-Asia di Lahore dengan mengirim Nona Sunaryati Sukemi dan Ny. Rukmini Santoso.
Ini berarti untuk yang pertama kalinya pergerakan wanita Indonesia dapat berhubungan dengan pergerakan wanita internasional.
Kongres Perempuan Indonesia II
Kongres perempuan yang kedua diadakan di Jakarta pada tanggal 20 sampai 24 Juli 1935, atas inisiatif PPII. Kongres ini dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro dengan agenda pembicaraan:1) soal perburuhan perempuan,
2) pemberantasan buta huruf, dan
3) perkawinan
Kongres tidak dapat menyatakan sikap kaitannya dengan pembicaraan masalah Ordonansi perkawinan, karena anggaran dasar menuntut suara bulat dalam memutuskan suatu prinsip.
Hal yang dapat disepakati adalah diputuskannya penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia setiap 3 tahun sekali.
Kongres Perempuan Indonesia III
Tiga tahun kemudian yaitu pada tanggal 23 – 28 Juli 1938 berlangsung Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung dengan pimpinan Ny. Emma Puradireja. Kongres membicarakan tentang:1) Undang-undang perkawinan modern,
2) soal politik kaitannya hak pilih dan dipilih bagi kaum wanita untuk posisi BadanPerwakilan (volksraad), dan
3) tanggal 22 Desember untuk disepakati diperingati sebagai Hari Ibu.