Sejarah Penemuan Sel
Juni 16, 2015
Edit
Pembahasan kali ini adalah tentang sejarah singkat penemuan sel. Pada awalnya sel merupakan partikel terkecil penyusun makhluk hidup. Benarkah?
Pada abad XIX, ilmuwan berkebangsaan Jerman Theodore Schwan (1810–1882) dan Mattias Jakob Schleden (1804–1881) secara terpisah mengadakan penelitian dan menyimpulkan bahwa semua makhluk hidup, baik yang sederhana maupun yang komplek, terdiri atas sel.
Robert Brown (1831) mempelajari sel dan menemukan inti sel/nukleus di setiap sel yang diselidikinya. Dia menyimpulkan bahwa inti sel adalah bagian penting dari sel.
Hal itu berbeda dengan pendapat Felix Durjardin (1835) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari sel adalah sitoplasma atau cairan dalam sel.
Johanes Purkinje (1787–1874) menamakan cairan dalam sel tersebut sebagai protoplasma (cairan dalam sel hidup).
Max Schultze (1825–1874), kemudian menambahkan sebuah teori bahwa selain sebagai struktur terkecil, sel juga merupakan satuan fungsional terkecil dan protoplasma sebagai dasar-dasar fisik kehidupan.
Rudolf Virchow (1858) mengemukakan pendapatnya bahwa sel-sel itu berasal dari sel-sel sebelumnya (omnis cellula cellula). Jadi, sel juga merupakan satuan pertumbuhan.
Jika pucuk tumbuhan (tunas batang) dipotong sangat tipis, kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak bahwa ujung batang tersebut tersusun dari ribuan struktur kecil berbentuk kotak.
Struktur itulah yang dinamakan sel. Makhluk hidup ada yang tersusun hanya satu sel. Makhluk hidup yang demikian disebut organisme bersel tunggal (monoseluler/uniseluler).
Adapun, makhluk hidup yang tersusun dari banyak sel disebut organisme multiseluler.
Sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup. Di dalam sel yang berukuran kecil tersebut berlangsung semua kegiatan hidup yang menunjang fungsi hidup suatu makhluk hidup.
Oleh karena itu, selain sebagai satuan struktural yang terkecil, sel juga merupa-kan satuan fungsional yang terkecil.
Para Ilmuwan Penemu Sel
Pertama kali, sel ditemukan oleh Robert Hooke (1635–1703). Dia melihat kotak-kotak kecil dalam irisan gabus yang diamati melalui mikroskop. Selanjutnya, diketahui bahwa kotak-kotak itu adalah sel-sel yang sudah mati.Gambar: Penemu Sel Pertama kali |
Pada abad XIX, ilmuwan berkebangsaan Jerman Theodore Schwan (1810–1882) dan Mattias Jakob Schleden (1804–1881) secara terpisah mengadakan penelitian dan menyimpulkan bahwa semua makhluk hidup, baik yang sederhana maupun yang komplek, terdiri atas sel.
Robert Brown (1831) mempelajari sel dan menemukan inti sel/nukleus di setiap sel yang diselidikinya. Dia menyimpulkan bahwa inti sel adalah bagian penting dari sel.
Hal itu berbeda dengan pendapat Felix Durjardin (1835) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari sel adalah sitoplasma atau cairan dalam sel.
Johanes Purkinje (1787–1874) menamakan cairan dalam sel tersebut sebagai protoplasma (cairan dalam sel hidup).
Max Schultze (1825–1874), kemudian menambahkan sebuah teori bahwa selain sebagai struktur terkecil, sel juga merupakan satuan fungsional terkecil dan protoplasma sebagai dasar-dasar fisik kehidupan.
Rudolf Virchow (1858) mengemukakan pendapatnya bahwa sel-sel itu berasal dari sel-sel sebelumnya (omnis cellula cellula). Jadi, sel juga merupakan satuan pertumbuhan.
Jika pucuk tumbuhan (tunas batang) dipotong sangat tipis, kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak bahwa ujung batang tersebut tersusun dari ribuan struktur kecil berbentuk kotak.
Struktur itulah yang dinamakan sel. Makhluk hidup ada yang tersusun hanya satu sel. Makhluk hidup yang demikian disebut organisme bersel tunggal (monoseluler/uniseluler).
Adapun, makhluk hidup yang tersusun dari banyak sel disebut organisme multiseluler.
Sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup. Di dalam sel yang berukuran kecil tersebut berlangsung semua kegiatan hidup yang menunjang fungsi hidup suatu makhluk hidup.
Oleh karena itu, selain sebagai satuan struktural yang terkecil, sel juga merupa-kan satuan fungsional yang terkecil.